Pergerakan harga saham emiten rokok belakangan ini tampak volatil. Saham PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) misalnya.
Meski naik dalam sepekan, namun sepanjang bulan ini, saham HMSP menjadi pemberat atau laggard di Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Saham ini mengurangi bobot indeks sebesar 27,6 poin. Padahal, kinerja keuangan perusahaan ini positif.
Begitu juga dengan kinerja keuangan PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA). Kerugiannya turun 203% menjadi Rp 83,29 miliar. Sementara, pendapatannya naik 10% menjadi Rp 5,04 triliun.
Robertus Yanuar Hardy, analis Kresna Sekuritas, menilai, pergerakan harga saham emiten rokok dipengaruhi berita wacana pemerintah menaikkan cukai rokok. "Rencana kenaikan mulai semester kedua tahun ini," ujar dia, Senin (29/4).
Setali tiga uang, analis Bahana Sekruitas Giovanni Dustin melihat, wacana tersebut cukup mempengaruhi. Padahal, sebelumnya pemerintah menyebutkan tidak akan ada kenaikan tarif cukai rokok pada tahun ini.
Valuasi mahal
Sebelum ini, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan sempat menyebut tengah mengkaji potensi menaikkan tarif cukai rokok usai pemilu. Rencana kenaikan tarif cukai rokok tersebut terutama mempengaruhi saham emiten rokok big caps. "Ini karena valuasinya sudah mulai mahal," kata Robertus.
Price earning ratio (PER) HMSP sudah 30,8 kali. GGRM sebesar 20,54 kali. Sementara, RMBA dan WIIM masing-masing -40,22 kali dan 12,25 kali.
Selain itu, daya beli masyarakat masih rendah. Memang, pemerintah menaikkan bantuan sosial masyarakat menengah ke bawah.Tapi, Giovanni menilai, hal tersebut tak signifikan mendorongpenjualan. "Kami perkirakan volume penjualan rokok tahun ini hanya naik sekitar 0,5%," tulis dia dalam riset, kemarin.
Meski begitu, analis menilai saham rokok masih menarik. Penjualan rokok akan naik perlahan, seiring pemulihan ekonomi makro.
Giovanni merekomendasikan buy saham HMSP. Target harganya Rp 4.150 per saham.
Sumber: kontan
Komentar
Posting Komentar