KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Phapros Tbk (PEHA) mencanangkan target pertumbuhan kinerja 30% di tahun ini. Perusahaan yang kini berada di bawah PT Kimia FarmaTbk (KAEF) itu tampaknya harus bekerja keras karena realisasi kenaikan kinerja tahun lalu jauh hanya single digit.
Sepanjang 2018, Phapros membukukan penjualan bersih sebesar Rp 1,02 triliun. Kalau dibandingkan dengan 2017, kenaikan penjualan bersih cuma sebesar 2%.
Manajemen Phapros bergeming dengan catatan tersebut. Mereka yakin, sejumlah strategi yang sudah dipersiapkan bakal jitu melecut penjualan bersih. Salah satunya dengan memperkuat segmen bisnis obat generik.
Menurut catatan Phapros, penjualan obat generik berasal dari tender obat dan produk farmasi e-catalouge Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. "Saya optimistis pasar BPJS tersebut punya kesempatan berkembang dari tahun ke tahun berikutnya," ujar Barokah Sri Utami atau yang akrab disapa Emmy, Direktur Utama PT Phapors Tbk, kepada KONTAN, Senin (1/3).
Kembali mengintip kinerja tahun lalu, segmen usaha Phapros terdiri dari obat generik berlogo (OGB), over the counter (OTC) atau obat bebas, dan ethical atau obat resep dan toll manufacturing. Penjualan OGB mencapai Rp 537,48 miliar atau 52,59% terhadap total penjualan bersih.
Selain memacu obat generik, Phapros ingin menggiatkan ekspor. Perusahaan berkode saham PEHA di Bursa Efek Indonesia (BEI) tersebut berharap, pasar baru Myanmar bisa mengerek porsi penjualan menjadi 5%.
Sembari menyisir peluang ekspor ke Myanmar, Phapros mempertimbangkan pembangunan fasilitas manufaktur di sana. Namun, agenda itu masih memerlukan beberapa fase perencanaan.
Phapros juga menjadwalkan penambahan 12 produk baru. Salah satunya produk untuk penyakit regeneratif atau penyakit yang tidak berkaitan dengan infeksi. Beberapa di antaranya seperti diabetes dan hipertensi. Namun produk obat andalan tahun ini yang berkaitan dengan ortopedi, anestesi serta saluran pernapasan.
Aneka strategi memacu kinerja tadi tertopang oleh peran anak usaha baru yakni PT Lucas Djaja. Perusahan yang diakuisisi tahun lalu memiliki fasilitas produksi soft gel, oralit dan sejumlah portofolio obat generik yang cukup banyak. Keberadaan Lucas Djaja mengerek total kapasitas produksi terpasang Phapros dari semula 4 miliar tablet menjadi 5 miliar tablet.
Supaya seluruh agenda bisnis berjalan mulus, Phapros menganggarkan dana belanja modal alias capital expenditure (capex) Rp 300 miliar pada tahun ini. Duit tersebut antara lain untuk menyiapkan produksi baru, merevitalisasi pabrik dan merencanakan akuisisi lain.
Salah satu penggunaan capex misalnya, Rp 50 miliar untuk membiayai produksi anestesi gigi yakni cartridge ampoule (carpoule) Phaproscain melalui sistem transfer teknologi. Sebelum membangun pabrik, terlebih dahulu Phapros akan mengimpor produk mulai bulan ini.
Sumber:
Komentar
Posting Komentar