google-site-verification=zsLknblUv9MPpbGfVx9l3sfhCtAjcEQGFzXwTpBAmUo Saham GJTL | Moody’s Revisi Prospek Gajah Tunggal (GJTL) Menjadi Negatif Langsung ke konten utama

Saham GJTL | Moody’s Revisi Prospek Gajah Tunggal (GJTL) Menjadi Negatif

Bisnis.com, JAKARTA — Moody’s Investor Service mengubah prospek peringkat PT Gajah Tunggal Tbk. (GJTL) menjadi negatif dari sebelumnya stabil.

Wakil Presiden dan Pejabat Kredit Senior Moody’s Brian Grieser mengungkapkan bahwa pada saat yang sama Moody’s menyematkan peringkat B2 untuk GJTL dan peringkat B2 untuk surat utang senior GJTL senilai US$250 juta yang akan jatuh tempo pada Agustus 2022.

Dia menyebut prospek negatif mencerminkan ekspektasi bahwa profil kredit GJTL akan tetap lemah untuk peringkat B2 selama 12–18 bulan ke depan, karena tidak tercegahnya sentimen biaya bahan baku yang tidak menentu dan nilai tukar mata uang di Indonesia dinilai akan terus membebani marginnya.

GJTL leverage yang telah melampaui, sehingga membuat peringkat ke bawah 4,5 kali untuk peringkat B2-nya. Penyesuaian leverage meningkat menjadi 5,1 kali pada 2018 dari sebelumnya 4,8 kali pada 2017.

Hal tersebut disebabkan oleh pendapatan yang lebih rendah akibat pelemahan rupiah dan harga bahan baku karbon hitam yang tinggi pada 2018. 

Pertumbuhan pendapatan yang solid, baik di dari penjualan dalam negeri maupun melalui ekspor, belum sepenuhnya mengurangi tekanan pada margin yang didorong oleh melemahnya rupiah dan harga komoditas yang lebih tinggi pada tahun 2018.

Akibatnya, margin EBITDA telah turun menjadi 12,5%, level terendah dalam lima tahun terakhir.

Namun, harga karbon hitam yang lebih rendah, harga karet alam dan sintetis yang terkendali, dan penguatan nilai tukar rupiah terhadap tertinggi 2018 harus mendukung peningkatan margin pada 2019.

“Kami berharap arus kas akan sedikit lebih kuat pada 2019, karena investasi dalam modal kerja mereda. Namun, kami berharap secara substansial semua arus kas akan digunakan untuk mendanai pembayaran utang dan belanja modal, dan menyisihkan sebagain untuk cadangan jika biaya bahan baku meningkat atau disebabkan oleh volatilitas mata uang,” ujarnya dalam laporan tersebut, Rabu (10/4/2019).

Moody's memprediksi GJTL akan terus meningkatkan modal kerja jangka pendek pendek untuk fasilitas kerja pada tahun 2019. Peringkat tersebut mendukung ekspektasi Moody’s bahwa GJTL akan berhasil memperluas fasilitas modal kerja, yang akan terdepresiasi Agustus 2019.

Meskipun demikian, penegasan peringkat B2 GJTL mencerminkan posisi perseroan merupakan pemimpin pasar bias di Indonesia dan pasar ban sepeda motor, perseroan memiliki bauran produk yangseimbang antara ban radial, bias dan sepeda motor, serta diversifikasi geografis penjualan yang solid.

Penurunan peringkat diperkirakan akan terjadi jika margin EBITDA tetap di bawah 15% pada 2019, karena meningkatnya biaya bahan baku, transportasi dan logistik, mata uang yang lebih lemah, atau jika rasio utang/EBITDA tetap di atas 4,5 kali.

Selanjutnya, pengembalian prospek ke stabil akan mengharuskan GJTL untuk mempertahankan utangnya/EBITDA di bawah 4,5 kali.


Komentar

Saham Online di Facebook

Postingan populer dari blog ini

Rekomendasi Saham BBRI, GGRM, DRMA dan ACST oleh RHB Sekuritas Indonesia | 26 Oktober 2023

RHB Sekuritas Indonesia 26 Oktober 2023 Muhammad Wafi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) Bank Rakyat Indonesia terlihat kembali melakukan rebound disertai volume dan menguji resistance garis MA20 sekaligus resistance bearish channel-nya. Jika mampu breakout resistance garis MA20 maka akan mengkonfirmasi sinyal reversal dari fase bearish untuk menguji resistance garis MA50. Rekomendasi: Buy area disekitar Rp 5.125 dengan target jual di Rp 5.325 hingga Rp 5.575. Cut loss di Rp 5.000. PT Gudang Garam Tbk (GGRM) Gudang Garam terlihat melakukan rebound dan breakout resistance garis MA50 disertai volume dan menguji resistance garis MA20. Jika mampu breakout resistance garis MA20 maka akan mengkonfirmasi sinyal breakout menuju fase bullish dan menguji level tertingginya di bulan Oktober 2023. Rekomendasi: Buy area disekitar Rp 24.800 dengan target jual di Rp 25.375 hingga Rp 26.650. Cut loss di Rp 24.525. PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) Dharma Polimetal terlihat melakukan rebound d...

PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk (GOLD) Catat Pendapatan Rp35,64 Miliar Hingga September 2022

PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk (GOLD) mencatat pendapatan Rp35,64 miliar hingga periode 30 September 2022 naik dari pendapatan Rp32,97 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya. Laporan keuangan perseroan Rabu menyebutkan, beban pokok pendapatan naik menjadi Rp13,29 miliar dari Rp11,91 miliar dan laba kotor naik menjadi Rp22,34 miliar dari laba kotor Rp21,06 miliar tahun sebelumnya. Beban usaha naik menjadi Rp7,58 miliar dari Rp6,90 miliar membuat laba operasi naik tipis menjadi Rp14,76 miliar dari laba operasi Rp14,16 miliar tahun sebelumnya. Laba sebelum pajak menjadi Rp13,93 miliar naik dari laba sebelum pajak Rp13,17 miliar dan laba bersih yang diatribusikan ke pemilik entitas induk mencapai Rp13,14 miliar naik dari laba bersih Rp12,24 miliar tahun sebelumnya. Jumlah liabilitas mencapai Rp41,41 miliar hingga periode 30 September 2022 naik dari jumlah liabilitas Rp34,44 miliar hingga periode 31 Desember 2021 dan jumlah aset mencapai Rp394,69 miliar hingga periode 30 Se...

Money Flow Index | Penggunaan dan Setting Indikator MFI

Apa itu Money Flow Index (MFI)? Money Flow Index (MFI) adalah osilator teknis yang menggunakan harga dan volume untuk mengidentifikasi kondisi jenuh beli atau jenuh jual dalam aset. Hal ini juga dapat digunakan untuk melihat divergensi yang memperingatkan perubahan tren harga. Osilator bergerak antara 0 dan 100. Tidak seperti osilator konvensional seperti Relative Strength Index (RSI) , Money Flow Index menggabungkan data harga dan volume, sebagai lawan dari harga yang adil. Untuk alasan ini, beberapa analis menyebut MFI sebagai "the volume-weighted RSI". Money Flow Index pada Indonesia Composite Kunci dalam Memahami Indikator MFI Indikator biasanya dihitung menggunakan 14 periode data. Pembacaan MFI di atas 80 dianggap overbought dan pembacaan MFI di bawah 20 dianggap oversold. Overbought dan oversold tidak selalu berarti harga akan berbalik, hanya saja harga mendekati tinggi atau rendah dari kisaran harga terbaru. Pembuat indeks, Gene Quong dan Avru...