Direktur Utama PTBA Arvyan Arifin mengatakan bahwa target itu serupa dengan tahun lalu senilai Rp6,55 triliun. Pasalnya, perseron tahun lalu baru merealisasikan 24% dari target investasi sepanjang 2018 atau senilai Rp1,6 triliun.
Dia menjelaskan bahwa dalam rencana semula, perseroan merencanakan Rp1,32 triliun untuk investasi rutin dan Rp5,23 triliun untuk investasi pengembangan. Namun, pada praktiknya, penyerapannya lebih rendah lantaran sejumlah rencana investasi pengembangan baru akan direalisasikan tahun ini.
“Investasi pengembangan yang akan dimulai tahun ini, yakni hilrisasi. Kami akan melakukan pembangunan gasifkasi di Pranap dan Tanjung Enim. Tanjung Enim itu membuat hilirasi batubara yang punya nilai tambah pupuk urea, DME, lalu bikin juga petrokimia. Dengan cara tu kami mengubah cadangan yang gak ada nilanya jadi nlai lebih. Kedua proyek ini, pencanganannya saat ni FS. nanti setelah itu kita segera bangun,” katanya, Senin (11/3/2019).
Sementara itu, untuk proyek di Tanjung Peranap, Riau, yakni mengubah dimethyl ether (DME) sebagai substitusi LPG yang bekerja sama dengan PT Pertamina (persero). Saat ini proyek ini tengah dimatangkan kajian design-nya.
Selain 2 proyek penghiliran, ada juga kelanjutan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) mulut tambang Semsel 8 yang akan beroperasional pada 2021-2022 mendatang. Proyek berkapasitas 2x620 MW ini merupakan kerja sama PTBA dnegan investor asal China, China Huadian Hongkong company Ltd senilai US$ 1,68 miliar. Konstruksi proyek sudah dimulai sejak Juni 2018.
Selanjutnya, proyek PLTU lainnya adalah PLTU Feni Halmahera Timur dengan kapasitas 3X60 MW dan PLTD 3x17 MW. Proyek sinergi BUMN Holding pertambangan ditujukan untuk menyediakan pasokan listrik bagi pabrik feronikel milik PT Antam dengan nilai total investasi US$ 350 juta dan konsumsi batubara 0,65 juta ton/ tahun.
Sumber : BISNIS
Komentar
Posting Komentar