Dalam investor memo, emiten berkode saham ISAT tersebut menjelaskan bahwa perseroan mengalami penurunan pendapatan sebesar 22,7% menjadi Rp23,1 triliun dan penurunan EBITDA sebesar 49,1% menjadi Rp6,5 triliun pada 2018 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Adapun, EBITDA marjin dicatat sebesar 28,1% pada 2018.
"Hal ini terutama diakibatkan oleh adanya transformasi industri telekomunikasi melalui penerapan peraturan registrasi kartu perdana yang memicu persaingan ketat antar operator pada semester I/2018 lalu, namun kami optimis tahun 2019 ini akan menjadi tahun yang jauh lebih baik, terbukti dari tren kinerja Perusahaan yang positif pada semester II/2018," tulis Indosat, seperti dikutip pada Kamis (7/3/2019).
Adapun, ISAT memang mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 11,7% pada kuartal IV/2019 dibanding kuartal sebelumnya. Hal itu ditopang oleh kontribusi pendapatan data yang tumbuh sebesar 6,0% dibanding triwulan sebelumnya.
Pertumbuhan pendapatan data tersebut disebabkan oleh inisiatif penyesuaian harga yang dimulai ISAT pada semester II/2018 serta didukung oleh peningkatan volume data trafik.
Lebih lanjut, ISAT juga merealisasikan belanja modal hingga Rp9,3 triliun pada 2018 atau naik 48,9% dibanding tahun 2017, seiring dengan percepatan penggelaran jaringan 4G yang dimulai pada kuartal IV/2018.
Group Head Corporate Communications PT Indosat Tbk. Turina Farouk menyampaikan, per Desember 2018, ISAT telah memiliki total 83.976 BTS yang terdiri dari 22.423 BTS 2G, 35.453 BTS 3G, dan 26.100 BTS 4G.
"[2019 perseroan akan membangun] lebih dari 4.000 BTS," katanya kepada Bisnis, Rabu (6/3/2019) malam.
Adapun, basis pelanggan ISAT pada 2018 tercatat sebesar 58,0 juta atau turun 47,3% bila dibandingkan tahun sebelumnya, namun tingkat churn terus turun dan stabil sebesar 12% pada akhir 2018.
Hal itu menunjukkan bahwa loyalitas pelanggan menjadi lebih baik dan akan mendukung keberlangsungan industri telekomunikasi di masa mendatang.
Sumber : BISNIS
Komentar
Posting Komentar