google-site-verification=zsLknblUv9MPpbGfVx9l3sfhCtAjcEQGFzXwTpBAmUo Analisis Saham LSIP: Stranded in turbulence Langsung ke konten utama

Analisis Saham LSIP: Stranded in turbulence

LSIP: Stranded in turbulence

LSIP mencatatkan penurunan penjualan dan laba bersih masing-masing sebesar 15,2% dan 54,8% YoY dipicu oleh penurunan harga jual CPO sepanjang 2018 sebesar 16% YoY. Volume penjualan di 2018 juga cenderung flat hanya bertumbuh sebesar 3,2% YoY ditengah tingginya pertumbuhan produksi CPO yang mencapai 16,4% YoY di 2018. Kami memperkirakan kinerja LSIP kedepan akan bertumbuh terbatas didukung oleh: 1) Berlanjutnya penurunan harga CPO global di 2019 yang dapat berdampak negatif terhadap harga CPO domestik, 2) Perbaikan realisasi persediaan yang akan mendukung pertumbuhan volume penjualan di 2019, dan 3) Perlambatan pertumbuhan produksi FFB dan CPO di 2019 sejalan dengan aktivitas replanting dan new planting LSIP disebabkan oleh umur tanaman yang sudah cukup tua. Dengan demikian kami merevisi turun pendapatan di 2019 sebesar 3,4% menjadi Rp4,3 triliun dan laba bersih sebesar 15,9% menjadi Rp366 miliar. Selain itu, kami menurunkan rekomendasi dari sebelumnya BUY dengan TP Rp1.600 menjadi HOLD dengan TP Rp1.100 (implied PE 20,5x di 2019) setara dengan +1x standar deviasi rata-rata PE 5 tahun terakhir.

Penurunan harga CPO berdampak terhadap penurunan pendapatan. Sepanjang tahun 2018, LSIP mencatatkan total penjualan sebesar Ro4,02 triliun,turun 15,2% YoY dan inline dengan estimasi (Pans: 96,2%; Cons: 96,9%). Hal ini sejalan dengan penurunan rata-rata harga global CPO yang tercatat turun 19,2% YoY di 2018. Penurunan harga CPO global turut menyebabkan tekanan terhadap average selling price (ASP) CPO LSIP yang secara rata-rata tercatat turun sebesar 16% YoY, sedikit lebih baik dibandingkan penurunan harga CPO global. Penurunan pendapatan turut berdampak terhadap bottom line LSIP dimana laba bersih di 2018 tercatat sebesar Rp331 miliar (-54,8% YoY), jauh dibawah estimasi (Pans: 59,2%; Cons: 58,4%).

Volume penjualan flat, ditengah tingginya produksi CPO. Salah satu penyebab penurunan adalah permintaan yang cenderung melemah. Berdasarkan data GAPKI, produksi CPO Indonesia sendiri di 2018 tercatat meningkat 12,9% YoY di 2018 (2017: +21,7% YoY), sedangkan penjualan ekspor hanya bertumbuh 7,8% YoY (2017: +20,8% YoY). LSIP sendiri mencatatkan pertumbuhan produksi sebesar 16,4% YoY di 2018 (2017: +1,25% YoY), sedangkan volume penjualan hanya bertumbuh sebesar 3,2% YoY di 2018 (2017: +14,3% YoY). Meskipun sepanjang tahun 2018 pertumbuhan volume penjualan cenderung flat, secara kuartalan, realisasi persediaan membaik dibanding tahun 2017 dimana pada 4Q18 penjualan tercatat sebesar 145 ribu ton (+20,9 QoQ; +39,2% YoY), lebih tinggi dibanding 4Q17 yang sebesar 104 ribu ton (-0,8% QoQ; -6,4% YoY).

Replanting menjadi salah satu fokus LSIP di 2019. Memasuki tahun 2019, manajemen menganggarkan capex sekitar Rp500 miliar untuk LSIP dengan alokasi penggunaan dibagi menjadi 3 yaitu untuk biaya perawatan tanaman belum menghasilkan (immature plantation), kemudian untuk replanting dan new planting, dan terakhir untuk pembangunan infrastruktur. Untuk replanting sendiri diperkirakan akan berada dibawah 1.000 hektare (ha) di 2019, atau tidak berbeda jauh dengan pencapaian di 2018 dimana replanting LSIP tercatat sebesar 500 ha. Replanting menajdi salah satu fokus LSIP disebabkan oleh profil umur tanaman yang sudah cukup tua dimana sekitar 39% (atau sekitar 37 ribu ha) telah berumur lebih dari 20 tahun. Manajemen memperkirakan pertumbuhan produksi FFB inti dan CPO akan melambat dibanding pencapaian 2018 (FFB: +18,5% YoY; CPO: +16,4% YoY) menjadi 5%-10% di 2019.

Rendahnya harga CPO global masih membayangi kinerja. Sampai dengan saat ini, harga rata-rata CPO global tercatat sebesar 2.096 MYR/ton, turun sebesar 6,9% YTD. Potensi menurunnya permintaan CPO dari Uni Eropa (UE) menjadi pemicu penurunan harga CPO global. Hal ini akan berdampak terhadap harga jual CPO domestik, sehingga kami memperkirakan rendahnya harga jual CPO akan menekan kinerja LSIP di 2019. Selain itu, kami memperkirakan pertumbuhan volume penjualan akan inline dengan volume produksi CPO didukung oleh perbaikan realisasi persediaan. Dengan demikian kami mengestimasi total penjualan bertumbuh 6,6% YoY di 2019 menjadi Rp4,3 triliun dengan marjin laba kotor cenderung flat di kisaran ~17%.

Merekomendasikan HOLD, menurunkan target harga ke Rp1.100. Kami memperkirakan kinerja LSIP kedepan akan bertumbuh terbatas didukung oleh: 1) Berlanjutnya penurunan harga CPO global di 2019 yang dapat berdampak negatif terhadap harga CPO domestik, 2) Perbaikan realisasi persediaan yang akan mendukung pertumbuhan volume penjualan di 2019, dan 3) Perlambatan pertumbuhan produksi FFB dan CPO di 2019 sejalan dengan aktivitas replanting dan new planting LSIP disebabkan oleh umur tanaman yang sudah cukup tua. Dengan demikian kami merevisi turun pendapatan di 2019 sebesar 3,4% menjadi Rp4,3 triliun dan laba bersih sebesar 15,9% menjadi Rp366 miliar. Selain itu, kami menurunkan rekomendasi dari sebelumnya BUY dengan TP Rp1.600 menjadi HOLD dengan TP Rp1.100 (implied PE 20,5x di 2019) setara dengan +1x standar deviasi rata-rata PE 5 tahun terakhir.

Best Regards,
Panin Sekuritas


Komentar

Saham Online di Facebook

Postingan populer dari blog ini

Cara Menghitung Beta Saham CAPM

Apa itu CAPM CAPM (Capital Asset Pricing Model) adalah model yang digunakan untuk menentukan tingkat pengembalian(required return) dari suatu aset. Model ini mendapatkan penghargaan nobel  pada tahun 1990 dan pada prakteknya juga sering digunakan untuk menentukan nilai cost of equity. Dari sudut pandang investor, besarnya tingkat pengembalian seharusnya berbanding lurus dengan risiko yang diambil. Untuk memudahkan saya buat ilustrasi yang disederhanakan sebagai berikut: Alex punya uang 100juta, berkeinginan untuk menginvestasikan uangnya pada bisnis warung retail. Pertanyaan yang seringkali dihadapi adalah: Jika Alex memutuskan untuk berinvestasi pada bisnis warung retail, berapa besar tingkat pengembalian yang harus dia dapatkan? Mengingat bahwa jika dia menginvestasikan uangnya, dia dihadapkan dengan risiko bisnis warung retail. Pertimbangan untuk Alex Deposito Investasi Toko/Warung Retail Risiko Minim, relatif nggak ada bagi Alex Bisa bangkrut atau perkembangan bisnis ...

Rekomendasi Saham ERAA, PTBA, INCO dan ENRG oleh NH Korindo Sekuritas | 26 Oktober 2023

NH Korindo Sekuritas 26 Oktober 2023 IHSG KONSOLIDASI – SIDEWAYS / BEARISH Uji Resistance MA10 & MA20. POtensi konsolidasi berlanjut , balik ke Support level previous Low. Support : 6825-6800 / 6780-6745. Resistance : 6870-6890 / 6925-6950 / 7000-7050. ADVISE : WAIT & SEE ; Buy on Weakness Saham ERAA Break pattern channel – downtrend. Tembus Resistance MA10 & MA20. Advise Buy. Entry Level: 438-432 Average Up > 440-450 Target: 460 / 472 / 482 Stoploss: 418 Saham PTBA Uji Support dari level previous Low. RSI positive divergence. Uji Resistance MA10 & MA20. Advise Buy on Break. Entry Level: 2720-2730 Average Up >2780 Target: 2810-2850 / 3000. Stoploss: 2630 Saham INCO MA10 & MA20 sudah goldencross namun harga perlu mantap di atas kedua resistance tsb. Serta Uji Resistance MA50. Advise Speculative Buy. Entry Level: 5525 Average Up >5625. Target : 5800-5900 / 6000 / 6300 Stoploss: 5475. Saham ENRG Uji Support minor dari level previous Low. RSI positive divergen...

Rekomendasi Saham JSMR dan BSSR oleh Phillip Capital Sekuritas | 26 Oktober 2023

Phillip Capital Sekuritas 26 Oktober 2023 Technical Recommendations JSMR Short Term Trend : Bullish Medium Term Trend : Bullish Trading Buy : 4360 Target Price 1 : 4600 Target Price 2 : 4780 Stop Loss : 4140 BSSR Short Term Trend : Bullish Medium Term Trend : Bullish Trading Buy : 4040 Target Price 1 : 4130 Target Price 2 : 4230 Stop Loss : 3950 - Materi video tutorial belajar trading dan investasi saham ada di   Channel Youtube Saham Online.