IQplus, (20/02) - PT Medco Energy Internasional meminati untuk mengelola Blok Corridor yang ada di wilayah Sumatera Selatan. Presiden Direktur Medco Energi Hilmi Panigoro usai menghadiri seminar energi di Jakarta, Selasa mengatakan untuk bisa mengelola blok ini Medco haruslah mematuhi aturan pemerintah, yaitu menunggu ditawarkan dulu kepada kontraktor eksisting dan kemudian ke Pertamina. Sebagai informasi, Blok Corridor ini sebelumnya dikelola oleh tiga kontraktor yaitu ConocoPhillips, Repsol dan Pertamina. Kontraktor eksisting ConocoPhillips adalah operator dengan hak kelola 54 persen, Pertamina 10 persen dan Repsol Energy 36 persen. Sementara itu, ConocoPhilips sendiri sudah mulai mengelola blok tersebut dimulai pada tahun 2002 setelah mengakuisisi Gulf Resources. Kontrak blok Corridor yang terletak di daratan Sumatera Selatan ini berakhir 19 Desember 2023. Dalam paparan sebelumnya, terkait kondisi migas Indonesia Hilmi Panigoro mengatakan, saat ini Indonesia berada di daerah transisi energi. Transisi energi dari waktu ke waktu selalu berubah.
Dari waktu batu bara pindah ke minyak tidak terlalu drastis, hari ini batubara masih banyak dipakai untuk kelistrikan karena murah. Transisi energi sekarang agak berbeda. Ada tiga hal yang harus diperhatikan, pertama lingkungan, begitu keras desakan lingkungan supaya lakukan dekarbonisasi. Kita agreed konvensi di paris. Kedua elektrifikasi. Terakhir teknologi. Paling relevan buat kita adalah storage, kata dia. Dia mengatakan Indonesia jelas dengan asumsi hari ini minyak sampai 2035 masih penting, pertumbuhannya hingga 2,6 persen, selain pertumbuhan konsumsi listrik. Tahun 2035-2040 kombinasi defisit gasoline ditambah diesel bisa sampai 1 juta barel per hari. Tapi Jepang-Korea Selatan impor minyaknya relatif stabil. Konsumsi energi yang besar itu good for us, drive the economy. Tapi kita harus produktif. Jadi konsumsi 1 juta barel ini jadi sesuatu yang produktif. Tapi jangan disubsidi, kayak tanda tangan blank check. Di situlah regulator sangat berperan, kata Hilmi. Menurut Hilmi, hulu migas 15 tahun ke depan masih penting, untuk itu Indonesia harus berani berkompetisi. Salah satunya bisa ditunjukkan dengan fiskal term terbaik. Pertama fiskal harus menarik, kedua harus dihormati sampai akhir kontrak. Ketiga accelerate development. Ini kalau mau naik produksinya, katanya. (end)
Komentar
Posting Komentar