Dalam laporan keuangan yang dipublikasikan Selasa, (26/2/2018), manajemen AALI menyebutkan pendapatan per Desember 2018 mencapai Rp19,08 triliun. Nilai itu meningkat 10,28% yoy dari 2017 sebesar Rp17,30 triliun.
Perinciannya, pendapatan dari segmen minyak sawit mentah dan turunannya senilai Rp16,76 triliun, inti sawit dan turunannya Rp2,11 triliun, dan pemasukan lain Rp206,67 miliar. Dibandingkan 2017, pendapatan dari masing-masing sektor ialah Rp14,47 triliun, Rp2,77 triliun, dan Rp65,45 miliar.
Secara geografis, pendapatan bersih paling banyak berasal dari Sulawesi senilai Rp10,24 triliun, selanjutnya Kalimantan Rp9,47 triliun, dan Sumatera Rp8,02 triliun. Total pendapatan Rp27,73 triliun kemudian terkena eliminasi Rp8,65 triliun, sehingga hanya mencapai Rp19,08 triliun.
Sementara itu, beban pokok pendapatan per Desember 20018 meningkat menuju Rp15,54 triliun dari sebelumnya Rp13,16 triliun. Laba bruto perusahaan pun menurun menjadi Rp3,54 triliun dari 2017 sebesar Rp4,14 triliun.
Laba yang dapat distribusikan kepada pemilik perusahaan atau laba bersih mencapai Rp1,44 triliun. Nilai itu terkoreksi 26,93% yoy dari periode 2017 sebesar Rp1,97 triliun.
Pada 2018, AALI menggelontorkan investasi Rp1,68 triliun, turun dari sebelumnya Rp1,75 triliun. Jumlah kas dan setara kas pada akhir periode sejumlah Rp49,08 miliar, berkurang dari 2017 sebesar Rp262,29 miliar.
Liabilitas pada 2018 bertambah menjadi Rp7,38 triliun dari akhir 2017 senilai Rp6,41 triliun. Liabilitas jangka pendek juga meningkat menuju Rp3,07 triliun dari sebelumnya Rp2,31 triliun.
Ekuitas AALI pada 2018 naik menjadi Rp19,47 triliun dari akhir tahun 2017 senilai Rp18,71 triliun. Total aset perseroan pun meningkat menuju Rp26,85 triliun dari sebelumnya Rp25,12 triliun.
Komentar
Posting Komentar