google-site-verification=zsLknblUv9MPpbGfVx9l3sfhCtAjcEQGFzXwTpBAmUo Analisa Saham INCO | 12 Februari 2019 Langsung ke konten utama

Analisa Saham INCO | 12 Februari 2019

INCO: Earnings below estimate but still optimistic

INCO mencatatkan penurunan pendapatan di 4Q18 sebesar USD197,3 juta (-3,7% QoQ; +9,2 YoY) dan laba bersih USD5,3 juta (-79,6% QoQ; +21,7% YoY). Penurunan pendapatan di 4Q18 lebih dikarenakan penurunan ASP menjadi USD9.368/ton (-15,2% YoY) sedangkan volume penjualan tercatat meningkat sebesar 21.062 ton (+13,4% QoQ). Namun, apabila dilihat secara tahunan, Total pendapatan di 2018 meningkat sebesar USD776,9 juta (+23,4% YoY), dibawah estimasi (PANS: 94%; konsensus 95,1%) dan total laba bersih tercatat positif USD60,5 juta (2017: rugi USD15,3 juta), dibawah estimasi (PANS: 82%; consensus: 81,8%). Secara keseluruhan, di 2018 ASP mengalami peningkatan menjadi USD10.272/ton (+26,7% YoY) sedangkan penjualan tercatat menurun sebesar 75.631 ton (-2,6% YoY). Penurunan penjualan tidak terlepas dari tingkat produksi nikel yang menurun menjadi 74.806 (-2,6% YoY), hal ini sebabkan oleh penurunan rata-rata grade nikel dan aktivitas pemeliharaan yang tidak direncanakan. Kenaikan biaya rata-rata HSFO USD67,8/barrel (+28,7% YoY), diesel USD0,64/liter (+28,0% YoY) serta coal USD152.23 (+20,7% YoY) turut meningkatkan beban pokok pendapatan di 2018. Kami melihat harga nikel di 2019 akan dipengaruhi oleh level persedian nikel yang masih mengalami tren penurunan dan trade wars antara Amerika dan China, oleh karena kedua hal tersebut, kami memperkirakan harga nikel di 2019/2020 akan meningkat ke level USD13.500/USD14.300 per ton. Produksi dan penjualan nikel INCO kami prediksikan flat di level 75.000 ton hal ini disebabkan aktivitas produksi akan terganggu oleh perawatan PLTA Larona. Namun, marjin kami perkirakan akan membaik sejalan dengan ekspektasi penurunan harga minyak dan batubara di 2019. Kami masih merekomendasikan HOLD dengan TP: Rp4.200 (berdasarkan valuasi DCF dengan cost of equity: 9,7%)

Pendapatan di 4Q18 tercatat menurun menjadi USD197,3 juta (-3,7% QoQ; +9,2 YoY) dan laba bersih USD5,3 juta (-79,6% QoQ; +21,7% YoY). Penurunan pendapatan di 4Q18 lebih dikarenakan  penurunan ASP menjadi USD9.368/ton (-15,2% QoQ) sedangkan volume penjualan tercatat meningkat sebesar 21.062 ton (+13,4% QoQ). Trade wars antara Amerika dan China masih menjadi penyebab utama dari tertekannya harga nikel global di 4Q18. Disisi lain, marjin laba kotor juga tercatat tertekan di 4Q18 menjadi 4,3%, hal ini disebabkan oleh meningkatnya biaya rata-rata HSFO USD75,47/barrel (+4,9 QoQ), diesel USD0,71/liter (+7,6 QoQ), dan coal USD169,9/ton (+12,9% QoQ).

Laba tercatat dibawah estimasi Pendapatan di 2018 tercatat sebesar USD776,9 juta (+23,4% YoY), dibawah estimasi (PANS: 94%; konsensus 95,1%) dan total laba bersih tercatat positif USD60,5 juta (2017: rugi USD15,3 juta), dibawah estimasi (PANS: 82%; consensus: 81,8%). Secara keseluruhan, di 2018 ASP mengalami peningkatan menjadi USD10.272/ton (+26,7% YoY) namun penjualan tercatat menurun sebesar 75.631 ton (-2,6% YoY). Penurunan penjualan tidak terlepas dari tingkat produksi nikel yang menurun menjadi 74.806 (-2,6% YoY), sebelumnya INCO memiliki target produksi nikel sebanyak 77.000 ton di 2018 yang lalu direvisi menjadi 75.000 ton hal ini sebabkan penurunan rata-rata grade nikel dan aktivitas pemeliharaan yang tidak direncanakan. Kenaikan biaya rata-rata HSFO USD67,8/barrel (+28,7% YoY), diesel USD0,64/liter (+28,0% YoY) serta coal USD152.23 (+20,7% YoY) juga turut meningkatkan beban pokok pendapatan di 2018.

Rekomendasi HOLD dengan target harga Rp4.200, kami melihat harga nikel masih akan tumbuh terbatas di 2019, meskipun level persedian nikel tercatat terus menurun ke angka 207.330 ton di Des-18 (Des-17: 357.012 ton). Kami melihat tren penurunan persedian nikel di 2019 akan berlanjut sejalan dengan peningkatan kebutuhan nikel untuk mobil listrik, yang akan mendorong harga nikel kedepannya. Namun patut diketahui harga nikel sempat menurun di 2H18 dikarenakan trade wars antara China dan Amerika. Oleh karena kedua hal tersebut, kami memperkirakan harga nikel di 2019/2020 akan berada di level USD13.500/USD14.300 per ton (2018: USD13.130). Produksi dan penjualan nikel INCO kami prediksikan flat di level 75.000 ton, hal ini disebabkan aktivitas produksi akan terganggu oleh perawatan PLTA Larona selama 10 minggu. Namun, kami memperkirakan biaya HSFO, diesel, dan batubara akan menurun, sejalan dengan ekspektasi penurunan permintaan akan minyak dan pembatasan impor batubara oleh China, hal ini dapat meningkatkan marjin di 2019. Kami merekomendasikan HOLD dengan TP: Rp4.200 (berdasarkan valuasi DCF dengan cost of equity: 9,7%)



Best Regards,
Panin Sekuritas

Komentar

Saham Online di Facebook

Postingan populer dari blog ini

Apa itu Saham ? Pengertian, Contoh, Jenis, Keuntungan, Resiko

Apa itu Saham? Saham adalah jenis surat berharga yang menandakan kepemilikan secara proporsional dalam sebuah perusahaan penerbitnya. Saham kadang disebut ekuitas. Saham memberikan hak kepada pemegang saham atas proporsi aset dan pendapatan perusahaan.  Saham pada umumnya  dijual dan dibeli di bursa saham . Akan tetapi saham juga dijual secara pribadi. Transaksi saham harus sesuai dengan peraturan pemerintah yang dimaksudkan untuk melindungi investor dari praktik penipuan.  Secara historis, investasi saham telah mengungguli sebagian besar investasi lainnya dalam jangka panjang. Investasi saham dapat dilakukan melalui broker saham online atau sekuritas saham yang terdaftar di lembaga yang mengaturnya di sebuah negara.  Sebuah perusahaan terbuka menerbitkan / menjual saham dalam rangka mengumpulkan dana untuk menjalankan bisnisnya. Pemegang saham, ibaratnya telah membeli secuil perusahaan dan memiliki hak atas sebagian aset dan pendapatannya. Dengan kata lain, pemegan

Cara Membaca Grafik Saham di Bursa Efek

grafik candlestick saham Pergerakan harga instrumen finansial baik saham maupun forex biasanya digambarkan dalam bentuk grafik. Grafik ini memudahkan trader untuk mengetahui pola-pola pergerakan harga yang terjadi sebelumnya. Ada beberapa jenis grafik yang biasa dipakai di pasar finansial yaitu: Line Chart/Grafik Garis Bar Chart/Grafik Batang Candlestick Chart/Grafik Lilin Grafik  Line Chart  hanya memuat data harga dipenutupan perdagangan yang digambarkan dalam bentuk garis saja. Sementara  Bar Chart  dan  Candlestick Chart  hampir sama dikarenakan memuat data harga pembukaan, harga penutupan, harga tertinggi dan terendah. Hanya saja grafik candlestick lebih mudah dibaca dibandingkan grafik bar. Di samping itu keunggulan lain dari candlestick chart adalah mampu menampilkan psikologi pasar dengan tampilan yang lebih mudah dibaca. Berikut tampilan masing-masing chart menggunakan contoh Indeks S&P500: Line Chart Bar Chart Candlestick Chart Saya priba

Rekomendasi Saham BBRI, GGRM, DRMA dan ACST oleh RHB Sekuritas Indonesia | 26 Oktober 2023

RHB Sekuritas Indonesia 26 Oktober 2023 Muhammad Wafi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) Bank Rakyat Indonesia terlihat kembali melakukan rebound disertai volume dan menguji resistance garis MA20 sekaligus resistance bearish channel-nya. Jika mampu breakout resistance garis MA20 maka akan mengkonfirmasi sinyal reversal dari fase bearish untuk menguji resistance garis MA50. Rekomendasi: Buy area disekitar Rp 5.125 dengan target jual di Rp 5.325 hingga Rp 5.575. Cut loss di Rp 5.000. PT Gudang Garam Tbk (GGRM) Gudang Garam terlihat melakukan rebound dan breakout resistance garis MA50 disertai volume dan menguji resistance garis MA20. Jika mampu breakout resistance garis MA20 maka akan mengkonfirmasi sinyal breakout menuju fase bullish dan menguji level tertingginya di bulan Oktober 2023. Rekomendasi: Buy area disekitar Rp 24.800 dengan target jual di Rp 25.375 hingga Rp 26.650. Cut loss di Rp 24.525. PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) Dharma Polimetal terlihat melakukan rebound d