KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nafas kinerja PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) bisa lebih ringan di tahun ini karena pemerintah memutuskan tidak menaikkan cukai rokok. Para analis memproyeksikan HMSP mampu mencetak pertumbuhan pendapatan dan laba di tahun ini.
Pemerintah bulat tidak akan menaikkan cukai rokok di tahun ini. Selama ini, pemerintah menaikkan tarif cukai rokok dengan besaran rata-rata 10,5% setiap tahunnya.
Kenaikan cukai rokok 2018 sebesar 10,4% dibanding 2017.Berdasarkan catatan Robertus Yanuar Hardy Analis Kresna Securities, mengatakan kenaikan cukai rokok tahun lalu membuat rasio cukai rokok terhadap pendapatan menyentuh 51% hingga kuartal III 2018.
Porsi tersebut naik signifikan dari porsi di periode yang sama di 2017 yang berada di 47,5%. "Cukai rokok tidak naik di tahun ini, sehingga HMSP bisa fokus pada strategi penentuan harga jual sehingga bisa membantu kenaikan profit," kata Robertus, dalam riset 28 Desember 2018.
Senada Christine Natasya Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia mengatakan dengan tidak naikanya cukai rokok maka, beban operasional jadi tidak naik dan ini berdampak positif pada kinerja HMSP karena selama ini pajak menjadi komponen terbesar dalam perhitungan harga pokok penjualan.
Ke depan, Christine memproyeksikan dengan tidak adanya kenaikan cukai rokok, margin HMSP juga bisa membaik. Sedangkan, Robertus memperkirakan margin operasional HMPS di tahun ini bisa tumbuh 17,2% dari pertumbuhan tahu lalu di 17%.
Hingga akhir tahun, Christine masih merekomendasikan buy untuk HMSP di target harga Rp 4.300 per saham. Christine masih optimistis dengan kinerja HMSP ke depan karena melihat volume penjualan HSMP di sepanjang tahun lalu membaik meski tipis.
Christine mencatat berdasarkan rilis dari induk perusahaan HMSP, yaitu Philip Morris International, volume penjualan HMSP di kuartal IV secara kuartalan naik 1,4% tetapi cenderung flat secara tahunan dengan berhasil menjual 26,9 miliar batang rokok.
Secara kumulatif di sepanjang tahun lalu volume penjualan HMSP menjadi 101,4 miliar batang atau naik 0,1% secara tahunan dan berada diatas ekspektasi Christine yang berada di 100,7 miliar batang.
"Volume penjualan kami perkirakan tadinya minus, ternyata hasilnya flat jadi lebih baik lah," kata Christine, Selasa (12/2).
Namun, Christine juga mencatat di kuartal IV tahun lalu meski volume penjualan stabil, tetapi market share HMSP terkoreksi menjadi 32,7% dari 33% di kuartal III 2018.
Ke depan Christine memproyeksikan penjualan Sigaret Kretek Mesin (SKM) bisa meningkat di tahun ini. Sentimen lain yang medukung adalah peningkatan daya beli jelang Pemilu. Penjualan rokok batangan Christine proyeksikan akan lebih mendukung kinerja HMSP bertumbuh di tahun ini.
Robertus pun mencatat rata-rata pendapatan penjualan per batang hingga kuartal III 2018 mencapai Rp 1.041 atau naik 7% dari Rp 971 di periode yang sama 2017.
Selain itu, Christine juga memproyeksikan penjualan Sampoerna A juga akan meningkat didukung dengan average selling price (ASP) yang terbatas kenaikannya.
Namun, Robertus mengatakan kemungkinan menurunnya bobot HMSP pada indeks LQ45 dan IDX30 jadi hanya 2%-3% dari 9%-10% akan mengurangi keatraktifan emiten ini di pasar sekunder.
Robertus merekomendasikan hold di target harga Rp 4.000 per saham. Semenatra Deidy Wijaya Analis Credit Suisse merekomendasikan neutral di Rp 3.825.
Christine memproyeksikan hingga akhir tahun pendapatan HMSP bisa tumbuh ke Rp 110, 87 triliun dan laba bersih juga bisa tumbuh ke Rp 14 triliun.
Komentar
Posting Komentar