Plantation: Short catalyst amid weak demand
GAPKI dan MPOB mencatatkan penurunan produksi minyak sawit di Nov’18 masing-masing sebesar 8% MoM dan 6% MoM menjadi 4,16 juta ton dan 1,85 juta ton. Meski demikian, lemahnya permintaan ekspor dari Tiongkok, India, dan Uni Eropa mengakibatkan kenaikan persediaan minyak sawit Malaysia cukup signifikan sebesar 10,4% MoM menjadi 3,01 juta ton. Sejalan dengan hal tersebut, harga CPO global mencatatkan penurunan sebesar 5,8% MoM, secara keseluruhan, persediaan minyak sawit Indonesia dan Malaysia turun 3,3% MoM. Kedepannya kami memperkirakan peningkatan konsumsi domestik seperti kebijakan B20, akan menjadi katalis positif ditengah lemahnya permintaan CPO global. Kami masih merekomendasikan NEUTRAL untuk sektor perkebunan dengan asumsi harga global CPO rata-rata tahun 2019 sebesar MYR2.350/ton (2018: MYR2.234/ton) disebabkan oleh estimasi kondisi oversupply kedepannya, namun penurunan harga yang lebih dalam akan ditahan oleh peningkatan konsumsi domestik dari kenaikan target B20 yang akan menjadi katalis positif untuk menopang harga CPO global. Top pick: LSIP, dengan TP: Rp1.310 (implied P/E 13,6x di 2019) didukung oleh tingginya extraction rate dibandingkan dengan kompetitor, dan posisi net cash.
Tren produksi minyak sawit mulai menurun. Berdasarkan data GAPKI, produksi minyak sawit Indonesia Nov’18 tercatat sebesar 4,16 juta ton atau turun 8% MoM, -0,1% YoY dibanding bulan sebelumnya. Sejalan dengan penurunan produksi minyak sawit di Indonesia, produksi minyak sawit Malaysia juga tercatat menurun sebesar 6% MoM, -5,0% YoY di Nov’18 menjadi 1,85 juta ton. Penurunan produksi yang terjadi ini disebabkan oleh periode tanaman kelapa sawit yang mulai memasuki low crop cycle. Meskipun mencatatkan penurunan, akan tetapi secara kumulatif produksi minyak sawit Indonesia 11M18 masih tumbuh 14,5% YoY. Hal ini terjadi seiring dengan cuaca yang mendukung sepanjang tahun 2018. Diperkirakan penurunan produksi ini masih akan berlanjut sampai bulan Maret-April 2019 dan akan menjadi katalis positif bagi harga CPO global.
Kondisi oversupply masih terjadi seiring melemahnya ekspor. Secara total, volume ekspor minyak sawit Malaysia dan Indonesia ke Tiongkok, India, dan Uni Eropa cenderung menurun (-4,5% MoM). Untuk ekspor ke Tiongkok dan Uni Eropa masing-masing tercatat menurun sebesar 20,5% MoM dan 18,3% MoM menjadi 604 kton dan 470 kton, sedangkan di India, permintaan tercatat meningkat sebesar 20,9% MoM menjadi 953 kton. Namun, meningkatnya permintaan minyak sawit India belum mampu menjadi katalis bagi kinerja ekspor secara keseluruhan dan hal ini mengakibatkan peningkatan persediaan minyak sawit Malaysia yang cukup signifikan (+10,4% MoM) menjadi 3.01 juta ton di Nov’18. Sebagai informasi, untuk pasar ekspor minyak sawit Indonesia dan Malaysia, porsi ekspor Tiongkok, India dan Uni Eropa hampir mencapai 50% dari total ekspor kedua negara. Sejalan dengan hal ini, harga CPO global di Nov’18 masih tercatat turun -5,8% MoM, -25,0% YoY, meskipun secara total, persediaan minyak sawit Indonesia dan Malaysia di Nov’18 tercatat turun 3,3% MoM. Hal ini menginformasikan pengaruh harga CPO global lebih didominasi oleh produksi dan persediaan minyak sawit dari Malaysia.
Program B20 menjadi penopang konsumsi domestik. Ditengah kondisi oversupply yang masih membayangi pasar global, kebijakan B20 yang dimulai sejak Sep’18 berhasil meningkatkan konsumsi minyak sawit domestik. Tercatat pada Sep’18 pertumbuhan konsumsi domestik mencapai 13,5% MoM dan menurun menjadi 8% MoM di Nov’18, meskipun pertumbuhan menurun, pencapaian ini masih lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan bulanan konsumsi domestik sejak 2016 sebesar 1,3% MoM, sehingga konsumsi domestik di 11M18 tercatat tumbuh positif, 21,8% YoY. Sementara itu, dari penyaluran B20 baru mencapai 2,85 juta KL atau 73% dari target di Nov-18, disebabkan kendala distribusi fatty acid methyl ester (FAME) dari Badan usaha (BU) Bahan Bakar Nabati (BBN) kepada BU Bahan Bakar Minyak (BBM). Sepanjang tahun 2018, realisasi penyaluran B20 tercatat sebesar 3,48 juta KL atau setara dengan 86% dari target penyaluran sebesar 4,04 juta KL. Akan tetapi, pemerintah telah mengurangi jumlah titik distribusi sehingga kedepannya kami memperkirakan kendala distribusi akan teratasi. Didukung oleh meningkatnya target penyaluran B20 menjadi 6,2 juta KL dan penerapan sanksi yang lebih ketat, sehingga kami memperkirakan penyerapan domestik secara bulanan dapat meningkat ke kisaran 1,6 juta ton di 2019.
Merekomendasikan NEUTRAL dengan top pick LSIP. Kami masih merekomendasikan NEUTRAL untuk sektor perkebunan dengan asumsi harga global CPO rata-rata tahun 2019 sebesar MYR2.350/ton (2018: MYR2.234/ton) disebabkan oleh estimasi kondisi oversupply kedepannya, namun penurunan harga yang lebih dalam akan ditahan oleh peningkatan konsumsi domestik dari kenaikan target B20 yang akan menjadi katalis positif untuk menopang harga CPO global. Top pick: LSIP, dengan TP: Rp1.310 (implied P/E 13,6x di 2019) didukung oleh tingginya extraction rate dibandingkan dengan kompetitor, dan posisi net cash.
Best Regards,
Panin Sekuritas
Komentar
Posting Komentar