google-site-verification=zsLknblUv9MPpbGfVx9l3sfhCtAjcEQGFzXwTpBAmUo Analisa Saham PTPP | 21 Desember 2018 Langsung ke konten utama

Analisa Saham PTPP | 21 Desember 2018

PTPP: Earnings cut due to lower burn rate

PTPP mencatatkan performa laba yang lemah di 9M18, sebesar Rp875 miliar, -11,6%, in-line dengan estimasi kami namun dibawah consensus (PANS: 56,2%; Cons: 48,2%, rata-rata 5 tahun: 56,3%) menyusul hasil yang kurang positif ini, PTPP menurunkan target untuk 2018, dengan pendapatan ke Rp25,2 triliun (sebelumnya: Rp28 triliun), laba ke Rp1,5 triliun (sebelumnya: Rp1,7 triliun). Hingga Oktober-18, PTPP mencatatkan kontrak baru tertinggi dibandingkan peers, sebesar Rp35,3 triliun (72% ke target, +5,4% yoy), katalis positif juga muncul dari kontrak besar pembangunan refinery di Balikpapan dari Pertamina, sebesar Rp10-12 triliun, kontrak ini setara dengan 19-24% target di 2019, proyek ini akan bekerjasama dengan Hyundai serta Rekayasa Industri. Di 2019, PTPP menargetkan kontrak baru sebesar Rp50,3 triliun, +16,3% yoy, Sebagai tambahan PTPP telah mencatatkan kontrak baru sebesar Rp42 triliun di Nov-18 (97% dari target baru). Kami menurunkan estimasi pendapatan & laba sebesar 1-11%, dengan pemangkasan burn rate sebesar 50-100bps, didorong terlambatnya pengakuan pendapatan infrastruktur dan sektor properti. Kami mengestimasikan laba tumbuh tipis di 2018, sebelum membaik di 2019 pasca pemilihan umum. Kami masih merekomendasikan BUY, namun menurunkan target harga ke Rp2.300. disebabkan oleh: (1) ekspektasi masih lemahnya sektor properti kedepannya serta (2) pertumbuhan yang melambat. Namun kami melihat minim downside risk untuk laba, didorong oleh: (1) pencapaian kontrak baru yang kuat (2) order book yang setara 4x pendapatan dan (3) tingkat hutang yang rendah dibandingkan peers, yang akan menjadi buffer di era normalisasi suku bunga. Saat ini PTPP diperdagangkan di PE 7,2x di 2019, 2,1% discount dibandingkan dengan SOE construction peers.

Manajemen memangkas estimasi keuangan di 2018. PTPP mencatatkan performa laba yang lemah di 9M18, sebesar Rp875 miliar, -11,6%, in-line dengan estimasi kami namun dibawah consensus (PANS: 56,2%; Cons: 48,2%, rata-rata 5 tahun: 56,3%) menyusul hasil yang kurang positif ini, PTPP menurunkan target untuk 2018, dengan pendapatan ke Rp25,2 triliun (sebelumnya: Rp28 triliun), laba ke Rp1,5 triliun (sebelumnya: Rp1,7 triliun), target kontrak ke Rp43,3 triliun (sebelumnya: 49 triliun), sehingga estimasi order book akan setara dengan Rp95,8 triliun, 4x dari estimasi pendapatan. Pemangkasan ini disebabkan oleh: (1) terlambatnya pembebasan lahan seperti di Manado – Bitung serta (2) mundurnya beberapa tender ke 2019 mengantisipasi pemilihan umum.

Pencapaian kontrak tertinggi dibandingkan peers. Hingga Oktober-18, PTPP mencatatkan kontrak baru tertinggi dibandingkan peers, Rp35,3 triliun (72% ke target, +5,4% yoy) lebih baik dibandingkan peers: WIKA (Rp28,5 triliun; 49,1% ke target; -17,8% yoy), ADHI (Rp12,3 triliun; 52,4% ke target; +3,4% yoy) serta WSKT (Rp14 triliun; 28% ke target; -69% yoy). Kontrak baru didominasi BUMN (53%), Swasta (34%) dan berdasarkan tipe proyek: bangunan (44%), airport (17%) dan road & bridge (12%), selain itu berdasarkan lini bisnis kontrak baru masih didominasi oleh: konstruksi (71%), EPC (11%) dan properti (9%). Selain itu, PTPP juga baru mendapatkan kontrak pembangunan refinery di Balikpapan dari Pertamina, sebesar Rp10-12 triliun, kontrak ini setara dengan 19-24% target di 2019, proyek ini bekerjasama dengan Hyundai serta Rekayasa Industri. Di 2019, PTPP menargetkan kontrak baru Rp50,3 triliun, dimana PPRE akan menjadi buffer perlambatan konstruksi dengan kontribusi sebesar 11% di 2019 (2018: 5%). Sebagai tambahan PTPP mencatatkan kontrak baru Rp42 triliun di Nov-18 (97% ke target baru).

Menunggu keputusan holding BUMN infrastruktur dan perumahan. PTPP saat ini sedang menanti keputusan terkait holding BUMN infrastruktur & perumahan, dimana BUMN infrastruktur akan menjadikan Hutama Karya sebagai lead holding dengan anggota (JSMR, ADHI, WSKT, Yodya Karya, Indra Karya) sementara untuk BUMN Perumahan memilih Perumnas sebagai lead holding dengan anggota (WIKA, PTPP, Virama Karya, Amarta Karya, Indah Karya dan Bina Karya). Kami melihat positif struktur holding ini akan meningkatkan kemampuan untuk mengambil kontrak dengan melakukan joint financing. Struktur baru ini masih menanti penandatangan peraturan yang diperkirakan akan efektif di Desember 2018.

Menurunkan estimasi pendapatan dan laba sebesar 1-11%. dengan pemangkasan burn rate 50-100bps, didorong oleh terlambatnya pengakuan pendapatan infrastruktur & sektor properti, sehingga kami mengestimasikan laba tumbuh tipis di 2018, sebelum membaik pasca pemilu.

Merekomendasikan BUY, menurunkan target harga ke Rp2.300. disebabkan: (1) ekspektasi masih lemahnya sektor properti kedepannya serta (2) pertumbuhan yang melambat. Namun kami melihat minim downside risk untuk performa keuangan, didorong: (1) pencapaian kontrak baru yang kuat (2) order book yang setara 4x pendapatan dan (3) tingkat hutang yang rendah dibandingkan peers, yang akan menjadi buffer di era normalisasi suku bunga. Saat ini, PTPP diperdagangkan di PE 7,2x di 2019, 2,1% discount dibandingkan SOE construction peers.


Best Regards,
Panin Sekuritas

Komentar

Saham Online di Facebook

Postingan populer dari blog ini

Money Flow Index | Penggunaan dan Setting Indikator MFI

Apa itu Money Flow Index (MFI)? Money Flow Index (MFI) adalah osilator teknis yang menggunakan harga dan volume untuk mengidentifikasi kondisi jenuh beli atau jenuh jual dalam aset. Hal ini juga dapat digunakan untuk melihat divergensi yang memperingatkan perubahan tren harga. Osilator bergerak antara 0 dan 100. Tidak seperti osilator konvensional seperti Relative Strength Index (RSI) , Money Flow Index menggabungkan data harga dan volume, sebagai lawan dari harga yang adil. Untuk alasan ini, beberapa analis menyebut MFI sebagai "the volume-weighted RSI". Money Flow Index pada Indonesia Composite Kunci dalam Memahami Indikator MFI Indikator biasanya dihitung menggunakan 14 periode data. Pembacaan MFI di atas 80 dianggap overbought dan pembacaan MFI di bawah 20 dianggap oversold. Overbought dan oversold tidak selalu berarti harga akan berbalik, hanya saja harga mendekati tinggi atau rendah dari kisaran harga terbaru. Pembuat indeks, Gene Quong dan Avru...

Cara Menggunakan Elliott Wave

Mengenal Elliott Wave Teori Elliott Wave dikembangkan oleh R.N. Elliott dan dipopulerkan oleh Robert Prechter . Teori ini menegaskan bahwa perilaku orang banyak surut dan mengalir dalam tren yang jelas. Berdasarkan pasang surut ini, Elliott mengidentifikasi struktur tertentu untuk pergerakan harga di pasar keuangan. Artikel ini adalah sebuah pengantar dasar untuk teori Elliott Wave. Suatu urutan dasar impuls 5-gelombang dan urutan korektif 3-gelombang dijelaskan. Saat teori Elliott Wave menjadi jauh lebih rumit daripada kombinasi 5-3 ini, artikel ini hanya akan fokus pada dasar-dasarnya. RN Elliott Derajat Gelombang dalam Elliott Wave elliott wave degree Konvensi pelabelan yang ditunjukkan di atas adalah yang ditunjukkan dalam buku Elliott Wave. Dalam Elliott-speak, konvensi pelabelan ini digunakan untuk mengidentifikasi tingkat atau tingkat gelombang, yang mewakili ukuran tren yang mendasarinya. Angka Romawi huruf besar mewakili gelombang derajat besar, angka sederha...

Rekomendasi Saham BBRI, GGRM, DRMA dan ACST oleh RHB Sekuritas Indonesia | 26 Oktober 2023

RHB Sekuritas Indonesia 26 Oktober 2023 Muhammad Wafi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) Bank Rakyat Indonesia terlihat kembali melakukan rebound disertai volume dan menguji resistance garis MA20 sekaligus resistance bearish channel-nya. Jika mampu breakout resistance garis MA20 maka akan mengkonfirmasi sinyal reversal dari fase bearish untuk menguji resistance garis MA50. Rekomendasi: Buy area disekitar Rp 5.125 dengan target jual di Rp 5.325 hingga Rp 5.575. Cut loss di Rp 5.000. PT Gudang Garam Tbk (GGRM) Gudang Garam terlihat melakukan rebound dan breakout resistance garis MA50 disertai volume dan menguji resistance garis MA20. Jika mampu breakout resistance garis MA20 maka akan mengkonfirmasi sinyal breakout menuju fase bullish dan menguji level tertingginya di bulan Oktober 2023. Rekomendasi: Buy area disekitar Rp 24.800 dengan target jual di Rp 25.375 hingga Rp 26.650. Cut loss di Rp 24.525. PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) Dharma Polimetal terlihat melakukan rebound d...