Direktur dan Sekretaris Perusahaan Indocement Tunggal Prakasa Antonius Marcos menjelaskan bahwa penurunan laba bersih merupakan kombinasi dari harga jual yang lebih rendah akibat persaingan ketat dan naiknya ongkos produksi. Kenaikan biaya produksi terutama disebabkan oleh ongkos energi, kenaikan upah, dan melemahnya nilai tukar rupiah.
Untuk mengatasi kondisi itu, Antonius menyebut efisiensi dari sisi operasi dan jalur distribusi tetap menjadi strategi perseroan. Selain itu, emiten berkode saham INTP tersebut juga telah mulai menaikkan harga jual secara bertahap.
“Kenaikan harga jual kami bervariasi, sejak Juli, telah kami naikan bertahap. Sejauh ini, kurang lebih 3,5%,” ujarnya kepada Bisnis.com, Kamis (1/11).
Seperti diketahui, berdasarkan laporan keuangan kuartal III/2018, INTP mengantongi pendapatan Rp10,77 triliun. Jumlah tersebut naik 2,48% dari realisasi Rp10,51 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Akan tetapi, beban pokok pendapatan naik lebih tinggi 14,61% pada periode tersebut. Tercatat, terjadi kenaikan dari Rp6,88 triliun menjadi Rp7,89 triliun.
Dengan demikian, laba bersih yang bersih yang dibukukan tercatat tergerus 56,08% secara tahunan pada kuartal III/2018. Pencapaian Rp1,40 triliun pada kuartal III/2017 turun menjadi Rp617,69 miliar pada 30 September 2018.
Komentar
Posting Komentar