PTBA: Efficiency is the key
PTBA melanjutkan kinerja yang positif di 3Q18 dengan mencatatkan pendapatan sebesar Rp5,5 triliun (+15,4% QoQ; +29,5% YoY) dan laba bersih Rp1,4 triliun (+26,0% QoQ; +57,2 YoY) sehingga membawa pendapatan di 9M18 sebesar Rp16,0 triliun, (+21,3% YoY), in-line dengan estimasi (PANS: 70,6%; Konsensus: 72,2%) dan total laba bersih menjadi Rp3,9 triliun di 9M18 (+49,7% YoY), in-line dengan estimasi (PANS: 69,0%; Konsensus: 75,1%). Kenaikan pendapatan ini didorong oleh: 1) kenaikan permintaan batubara dari China akibat kurangnya pasokan batubara domestik selama musim panas yang ekstrim, India yang produksinya masih belum mampu memenuhi kebutuhan domestik, dan adanya peningkatan demand dari Korea Selatan; 2) kenaikan harga jual rata-rata batubara di 9M18 sebesar Rp842 ribu/ton (+12,8% YoY). PTBA juga mencatatkan peningkatan marjin laba bersih di 9M18 sebesar 24,9% (9M17: 19,9%), disebabkan oleh: 1) strategi manajemen untuk melakukan penjualan ekspor batubara medium to high calorie yang memiliki marjin lebih besar 2) efisiensi biaya di Tanjung Enim dengan menurunnya cash cost (FOB) di 9M18 menjadi Rp560 ribu/ton (9M17: Rp566 ribu/ton). Dari segi operasional, PTBA juga mencatatkan peningkatan produksi dan volume penjualan di 9M18 sebesar 19,7 juta ton (+16,4% YoY) dan 18,6 juta ton (+7,8% YoY) secara berurutan, stripping ratio juga tercatat meningkat menjadi 4,1x (9M17: 3,7X). Kami masih merekomendasikan BUY, dengan TP: Rp.5.000, didorong oleh: 1) outlook harga batubara yang masih baik di 2019 2) kinerja operasional PTBA yang positif ditambah dengan rencana efisiensi biaya yang dapat meningkatkan marjin laba bersih serta 3) neraca yang sehat dengan posisi net cash, likuiditas perusahaan yang baik, dan ekspektasi peningkatan dividend payout ratio. Saat ini PTBA diperdagangkan dengan PE 9,8x di 2019, premium 39,8% dibandingkan dengan peers. *transfer coverage from Adolf Sutrisno to Iqbal Nurrahman
Performa finansial in-line dengan estimasi dengan mencatatkan pendapatan sebesar Rp5,5 triliun (+15,4% QoQ; +29,5% YoY) dan laba bersih Rp1,4 triliun (+26,0% QoQ; +57,2 YoY) sehingga membawa pendapatan di 9M18 sebesar Rp16,0 triliun, (+21,3% YoY), in-line dengan estimasi (PANS: 70,6%; Konsensus: 72,2%) dan total laba bersih menjadi Rp3,9 triliun (+49,7% YoY), in-line dengan estimasi (PANS: 69,0%; Konsensus: 75,1%). Dari total pendapatan di 9M18 52% berasal dari ekspor batubara, 46% dari penjualan batubara domestik, dan 2% dari aktivitas penjualan listrik, minyak sawit mentah, jasa kesehatan rumah sakit, serta jasa sewa. Di 9M18, mayoritas kenaikan pendapatan dikarenakan oleh ekspor batubara, ekspor batubara masih di dominasi ke China dengan nilai sebesar Rp2,4 triliun (+111,6% YoY) dan India Rp1,7 triliun (-18,3% YoY). Untuk mengurangi ketergantungan ekspor terhadap China dan India, PTBA berhasil melakukan ekspor ke Korea Selatan di 9M18 sebesar Rp1,1 triliun (14,6% dari total ekspor; 7,1% dari total pendapatan). Disisi lain, penjualan domestik batubara tercatat Rp8.3 triliun (+0,52% YoY) dan aktivitas lainnya Rp396 miliar (-8,5% YoY). Peningkatan penjualan batubara di tambah dengan naiknya harga jual rata-rata batubara menjadi Rp Rp841k/ton (+12,8% YoY) memberikan dampak positif ke kinerja keuangan PTBA.
Meningkatnya marjin laba bersih di 9M18 sebesar 24,9% (9M17: 19,9%) disebabkan oleh 1) strategi manajemen untuk melakukan penjualan ekspor batubara medium to high calorie yang memiliki marjin lebih besar 2) efisiensi biaya di Tanjung Enim dengan menurunnya cash cost (FOB) di 9M18 menjadi Rp560 ribu/ton (9M17: Rp565 ribu/ton. Efisiensi biaya di Tanjung enim dapat dilakukan karena PTBA berhasil melakukan kenaikan kapasitas kereta api menjadi 16.97 juta ton di 9M18 (+7,5% YoY). Patut diketahui rencana perusahaan untuk mendiversifikasi bisnis belum menunjukan hasil yang positif, hal ini terlihal dari aktivitas penjualan listrik, minyak sawit mentah, jasa kesehatan rumah sakit, serta jasa sewa yang mengalami kerugian Rp53 miliar.
Rekomendasi BUY, dengan TP: Rp.5.000. Kami masih positif dengan kinerja PTBA didorong oleh: 1) outlook harga batubara yang masih positif di 2019; 2) kinerja operasional PTBA yang positif ditambah dengan rencana efisiensi biaya yang dapat meningkatkan marjin laba bersih, dimana manajemen PTBA bekerjasama dengan PT.KAI untuk meningkatkan kapasitas kereta api, direncanakan kapasitas kereta api dari Tanjung enim-Kertapati menjadi 5 Mtpa dan Tanjung Enim-Tarahan menjadi 20.3 Mtpa di 2019 (biaya transportasi kereta api memiliki porsi sebesar 32,2% dari total beban usaha) serta 3) neraca yang sehat dengan posisi net cash dan likuiditas perusahaan yang baik sehingga dapat mendukung rencana pengembangan PLTU. Perlu diketahui juga bahwa Inalum, induk usaha PTBA, baru saja menerbitkan global bond untuk akuisisi Freeport, sehingga kami memperkirakan akan ada peningkatan dividend payout ratio kedepannya untuk pembayaran interest dari Inalum. Saat ini PTBA diperdagangkan dengan PE 9,8x di 2019, premium 39,8% dibandingkan dengan peers, valuasi yang premium dijustifikasi oleh performa perusahaan yang positif.
Best Regards,
Panin Sekuritas
Komentar
Posting Komentar