Analisa Saham TBLA | 4 September 2018
TBLA: Expecting better performance
TBLA mencatatkan pendapatan di 2Q18 sebesar Rp1,86 triliun (-7,3% YoY; -13,0% QoQ) dan laba bersih sebesar Rp147 miliar (-37,3% YoY; -27,2% QoQ), sehingga membawa pendapatan di 1H18 sebesar Rp4,0 triliun (-5,7% YoY), inline dengan estimasi (Cons: 46,2%; rata-rata 5 tahun terakhir: 46,3%), namun laba bersih di 1H18 tercatat sebesar Rp350 miliar (-30,3% YoY), dibawah estimasi (Cons: 34,8%; rata-rata 5 tahun terakhir: 74,0%). Penurunan pendapatan di 1H18 disebabkan oleh 1) penurunan harga jual rata-rata produk sawit sebesar 2% dan produk gula sebesar 8%, 2) penurunan volume penjualan gula sebesar 16%. Selain itu, laba bersih turun 30% akibat adanya rugi selisih kurs yang belum direalisasi sebesar Rp60 miliar (1H17: laba Rp16 miliar) dan kenaikan beban bunga sebesar Rp139 miliar yang dikarenakan adanya porsi beban bunga yang sudah tidak dapat dikapitalisasi. Kami memprediksi kinerja yang lebih baik di 2H18 didorong oleh 1) peningkatan produksi CPO dengan akan dioperasikannya PKS baru dengan kapasitas 45ton/jam di Kalimantan Barat pada 4Q18, 2) peningkatan volume penjualan gula, 3) peningkatan penjualan biodiesel seiring dengan kebijakan pemerintah Indonesia untuk memperluas penggunaan biodiesel (B20) ke sektor non-PSO.
Pendapatan di 1H18 turun 5,7% YoY. TBLA mencatatkan pendapatan di 2Q18 sebesar Rp1,86 triliun (-7,3% YoY; -13,0% QoQ), sehingga membawa pendapatan di 1H18 sebesar Rp4,0 triliun (-5,7% YoY), inline dengan estimasi (Cons: 46,2%; rata-rata 5 tahun terakhir: 46,3%). Penurunan pendapatan di 1H18 disebabkan oleh 1) penurunan harga jual rata-rata produk sawit sebesar 2% dan produk gula sebesar 8%, 2) penurunan volume penjualan gula sebesar 16% akibat keterlambatan kuota import raw sugar di 1H18. Sementara itu, volume penjualan minyak goreng dan stearine perseroan mengalami peningkatan sebesar 31% dan 228%.
Laba bersih di 1H18 dibawah estimasi. TBLA membukukan laba bersih di 2Q18 sebesar Rp147 miliar (-37,3% YoY; -27,2% QoQ), sehingga laba bersih di 1H18 tercatat sebesar Rp350 miliar (-30,3% YoY), dibawah estimasi (Cons: 34,8%; rata-rata 5 tahun terakhir: 74,0%), dimana marjin laba bersih di 1H18 turun ke level 8,7% (1H17: 11,8%), Hal ini disebabkan oleh adanya rugi selisih kurs yang belum direalisasi sebesar Rp60 miliar (1H17: laba Rp16 miliar) dan kenaikan beban bunga sebesar Rp139 miliar yang dikarenakan adanya porsi beban bunga yang sudah tidak dapat dikapitalisasi. Meskipun demikian, laba kotor dan laba operasi perseroan di 1H18 mengalami peningkatan menjadi Rp1,08 triliun (+3,8% YoY) dan Rp808 miliar (+4,4% YoY).
Volume penjualan gula diharapkan membaik di 2H18. Di 1H18, 72% dari total penjualan perseroan berasal dari bisnis sawit dan turunannya (1H17: 66%), sedangkan 28% berasal dari bisnis gula dan turunannya (1H17: 34%). Kedepannya, manajemen memperkirakan peningkatan volume penjualan gula, sehingga di FY’2018, kontribusi dari bisnis gula dan turunannya akan meningkat ke 65% dari total penjualan perseroan, sedangkan kontribusi dari bisnis sawit dan turunannya akan berada di level 35%.
Katalis positif dari program biodiesel (B20). Di 1H18, biodiesel berkontribusi sebesar 9% dari total penjualan perseroan (1H17: 13%), dimana TBLA memiliki satu pabrik biodiesel di Lampung dengan kapasitas produksi sebesar 315.000 ton/tahun. Di 2017, volume penjualan biodiesel perseroan naik sebesar 50% YoY dari 61.145 ton di 2016 ke 96,791 ton. Kedepannya, kami memperkirakan peningkatan penjualan biodiesel perseroan, seiring dengan kebijakan pemerintah Indonesia untuk memperluas penggunaan biodiesel (B20) ke sektor non-PSO. Menurut manajemen, dengan perluasan program B20, utilisasi rate pabrik biodiesel perseroan dapat mencapai full kapasitas dari 40% saat ini. Selain itu, marjin dari biodiesel dapat meningkat ke ~20% dari ~18% saat ini, didukung oleh efisiensi. TBLA akan memperoleh tambahan produksi biodiesel sebesar 32.314 kl, seiring dengan penetapan alokasi volume pengadaan bahan bakar nabati jenis biodiesel untuk sektor non-PSO periode Sep-Des 2018 oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebesar 940.407 kl. Sedangkan untuk sektor PSO, alokasi volume pengadaan bahan bakar nabati jenis biodiesel periode Mei-Des 2018 adalah sebesar 1.950.205 kl, dimana TBLA mendapatkan alokasi produksi sebesar 64.206 kl.
Outlook positif, namun komposisi hutang cukup tinggi. Kami positif untuk TBLA kedepannya, didorong oleh 1) peningkatan produksi CPO dengan akan dioperasikannya PKS baru dengan kapasitas 45ton/jam di Kalimantan Barat pada 4Q18, 2) peningkatan volume penjualan gula, 3) peningkatan penjualan biodiesel seiring dengan kebijakan pemerintah Indonesia untuk memperluas penggunaan biodiesel (B20) ke sektor non-PSO. Namun komposisi hutang perseroan cukup tinggi, dimana net gearing TBLA di 1H18 sebesar 1,68x (vs 1,41x di 1H17), lebih tinggi dibandingkan rata-rata net gearing dalam coverage kami di level 0,37x di 1H18. Saat ini, TBLA diperdagangkan di PE 5,84x di 2019.
Best Regards,
Panin Sekuritas
Komentar
Posting Komentar