KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan pertambangan batubara, PT SMR Utama Tbk (SMRU) telah menyerap Rp 110 miliar belanja modal atau capital expenditure (capex) selama semester I 2018. Serapan dana itu 36,67% dari total alokasi capex tahun ini sebesar Rp 300 miliar.
SMR Utama menggunakan capex untuk belanja alat berat. "Belanja modal digunakan untuk peremajaan alat berat dan penambahan alat untuk proyek PT Gunung Bara Utama," ujar Ricky Kosasih, Corporate Secretary PT SMR Utama Tbk, kepada Kontan.co.id, Selasa (7/8).
Pada 20 April 2018, anak usaha SMR Utama, PT Ricobana Abadi, menandatangani perjanjian jasa pertambangan dengan PT Gunung Bara Utama. Jangka waktu perjanjian selama lima tahun atau hingga tahun 2023 mendatang, dengan opsi perpanjangan.
Selama masa perjanjian, Ricobana Abadi harus memproduksi lebih dari 81 juta bank cubic meter (bcm) untuk pengupasan lapisan tanah atau overburden removal. Mereka juga harus menambang 5 juta ton batubara.
Saat ini, Ricobana Abadi sudah mulai mengerjakan pesanan Gunung Bara. SMR Utama berharap, kontrak pekerjaan dari Gunung Bara tersebut bisa secara signifikan mendukung target produksi tahun ini.
Sepanjang tahun ini, SMR Utama yang juga anak usaha PT Trada Alam Minera Tbk (TRAM) menargetkan volume pengupasan lapisan tanah sebanyak 33 juta bcm. Hingga Juni 2018, perusahaan yang tercatat dengan kode saham SMRU di Bursa Efek Indonesia (BEI) itu telah mengupas 15 juta bcm lapisan tanah.
Tahun ini, SMR Utama membidik target pendapatan Rp 842 miliar. Tahun lalu, SMRU mencatatkan pendapatan US$ 55,32 juta.
Sebagai catatan, manajemen SMR Utama dalam keterbukaan informasi BEI pada 3 Agustus 2018 menyebutkan, per 30 Juni 2018, SMRU telah mengubah pencatatan laporan keuangan dari yang semula dollar Amerika Serikat (AS) menjadi rupiah.
Dari Januari hingga Juni kemarin, SMR Utama mencatatkan penurunan top line dan bottom line. Kalau dihitung, pendapatan turun 0,22% year on year (yoy) menjadi Rp 369,22 miliar. Sementara rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk atau rugi bersih pada paruh pertama tahun ini, justru lebih besar ketimbang tahun lalu (lihat tabel).
Manajemen SMR Utama mengatakan, penurunan pendapatan semester I 2018 sejalan dengan penurunan volume produksi. "Untuk bottomline, tergerus karena bunga atas medium term note (MTN) yang baru di-issued (diterbitkan) pada Desember 2017," terang Ricky.
Reporter: Ika Puspitasari
Editor: Wahyu Rahmawati
Komentar
Posting Komentar