Direktur Sampoerna Agro Budi Setiawan Halim menyampaikan, untuk memacu pendapatan, perusahaan berupaya meningkatkan volume produksi CPO. Peningkatan itu mencakup pertumbuhan kuantitas pasokan tandan buah segar (TBS) dan tingkat rendemen CPO.
Pada saat ini, tingkat rendemen atau Oil Extraction Rate (OER) perseroan berkisar antara 21,5%-22,5%. Persentasenya berbeda di tiap-tiap wilayah perkebunan.
"Peningkatan produksi diharapkan mampu melampaui penurunan harga CPO, sehingga kinerja kami semakin membaik," tuturnya, Selasa (28/8/2018).
Sebagai gambaran, pada awal 2017 harga CPO mencapai puncaknya di kisaran 3.200 ringgit per ton. Harga kemudian menurun 30% menuju sekitar 2.200 ringgit per ton pada saat ini.
Pada semester I/2018, rerata harga jual minyak sawit SGRO turun 6,89% yoy menjadi Rp7.965 per kg dari sebelumnya Rp8.555 per kg. Diperkirakan harga masih akan cenderung tertekan pada paruh kedua 2018.
Head of Investor Relations Sampoerna Agro Michael Kesuma menyampaikan, pada Januari-Juni 2018, perusaaan memproduksi CPO sejumlah 155.216 ton, naik 13,54% year-on-year (yoy) dari sebelumnya 136.707 ton. Diperkirakan jumlahnya tumbuh 30%-40% pada semester II/2018 menjadi 201.781-217.302 ton.
"Semester II/2018 ditargetkan produksi naik 30%-40% dari semester sebelumnya. Dengan demikian, sampai akhir tahun ini volume produksi naik 10%-15% dibandingkan 2017," tuturnya.
Oleh karena itu, sambungnya, estimasi produksi CPO perusahaan pada tahun ini berkisar 360.00-380.000 ton. Tahun lalu, realisasi produksi minyak sawit sejumlah 322.761 ton.
http://market.bisnis.com/read/20180828/192/832611/sampoerna-agro-sgro-bidik-kenaikan-produksi-15
Komentar
Posting Komentar