Sentimen positif menyelimuti kinerja emiten sektor perunggasan (poultry). PT Malindo Feedmill Tbk juga ikut merasakan sentimen positif ini. Stabilnya harga bahan baku pakan ternak serta meningkatnya harga ayam broiler maupun ayam usia sehari atau day-old chicken (DOC) akan terus mendorong kinerja emiten berkode MAIN ini.
Sepanjang semester I-2018, emiten poultry terbesar ketiga di Indonesia ini berhasil mengerek penjualan bersih 13,8% year-on-year (yoy) jadi Rp 3,07 triliun. Sementara laba bersih melesat 349,61% yoy menjadi Rp 121,08 miliar.
Analis Danareksa Sekuritas Adeline Solaiman mengatakan, prospek kinerja MAIN di kuartal tiga masih cerah. Pasalnya, tren harga ayam yang tinggi masih terjaga hingga Juli dan Agustus ini. "Pada dasarnya, tahun ini memang tahun yang baik buat emiten poultry, termasuk MAIN, meski kapitalisasi pasarnya kecil ketimbang pesaingnya," kata dia, Senin (20/8).
Mengutip data dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, per Senin (20/8), harga rata-rata daging ayam ras segar di pasar tradisional mencapai Rp 37.550 per kilogram (kg). Harga rerata harian ini naik 2,6% dari harga di Kamis (16/8).
Analis Mirae Asset Sekuritas Mimi Halimin, dalam risetnya 10 Agustus, juga menyebut, kinerja MAIN di paruh pertama 2018 melebihi ekspektasi. "Tingginya permintaan selama Ramadan, ditambah suplai DOC di pasar yang lebih rendah dibanding tahun sebelumnya, mengangkat bisnis MAIN di segmen ternak ayam dan ayam pedaging (broiler)," terang dia.
Penjualan DOC
Adeline menambahkan, harga yang tinggi merefleksikan supply dan demand yang belum seimbang. Berkurangnya suplai ayam sepanjang tahun ini merupakan dampak larangan penggunaan antibiothic growth promoters (AGP) dari pemerintah kepada para peternak unggas sejak awal tahun ini.
Analis memprediksi kinerja MAIN ke depan masih positif. Memang, sejauh ini pendapatan emiten ini masih didominasi penjualan pakan ternak, dengan porsi 62% dari keseluruhan pendapatan hingga Juni lalu. Namun, analis Trimegah Sekuritas Darien Sanusi, dalam risetnya per 13 Agustus, menyebut, MAIN juga tengah fokus memperbesar kapasitas bisnis hilirnya, yakni segmen DOC dan broiler.
Segmen ini menyumbang 33% dari total pendapatan di semester satu. Dalam lima tahun terakhir, kapasitas produksi DOC dan ayam broiler MAIN tumbuh masing-masing 120% dan 35%. "Kami yakin MAIN akan makin fokus pada bisnis downstream untuk menggenjot margin secara keseluruhan dan mengambil peluang lebih dari stabilnya harga broiler," papar Darien.
Menurut dia, harga penjualan rata-rata DOC dan ayam broiler masih akan terus meningkat. Darien memperkirakan, harga DOC akan tumbuh 20%, sedang harga broiler tumbuh 24% di akhir 2018 nanti.
Kenaikan harga penjualan rata-rata tersebut akan turut mengangkat kinerja MAIN tahun ini. Darien memperkirakan pendapatan dari penjualan DOC mencetak pertumbuhan 425% menjadi Rp 256 miliar di akhir tahun.
Sementara, Adeline menghitung earning per share (EPS) MAIN bisa tumbuh minimal mencapai 336,5%. "Pertumbuhan EPS bisa lebih tinggi lagi kalau harga saham MAIN terus naik sampai akhir tahun," kata Adeline.
Adapun, Mimi menganalisa laba bersih MAIN di akhir 2018 bisa menyentuh Rp 151 miliar. Itu membuatnya menaikkan target harga MAIN menjadi Rp 1.375 per saham dengan rekomendasi hold. "Hasil kinerja MAIN di semester I sudah priced in di pasar dan ada potensi kinerja sedikit melambat di semester II, seiring dengan turunnya tingkat permintaan," ujar Mimi.
Setali tiga uang, Adeline juga merekomendasikan hold MAIN dengan target harga Rp 1.150 per saham. Sedang Darien menyarankan beli saham MAIN dengan target harga Rp 2.200 per saham.
Komentar
Posting Komentar