Bisnis.com, JAKARTA -- Laba bersih PT Semen Baturaja (Persero) Tbk. tergerus akibat kenaikan biaya bunga serta depresiasi dari pabrik baru yang beroperasi pada semester I/2018.
Direktur Utama Semen Baturaja Rahmad Pribadi menjelaskan bahwa tergerusnya laba bersih perseroan akibat biaya bunga dan depresiasi dari pabrik yang baru beroperasi. Menurutnya, kenaikan biaya bunga dan depresiasi mencapai 60%.
“Sehingga meskipun EBITDA kami naik tetapi laba bersih turun,” ujarnya kepada Bisnis.com, Rabu (1/8/2018).
Selain itu, Rahmad menyebut penurunan harga jual masih menjadi penekan kinerja keuangan perseroan. Akan tetapi, emiten berkode saham SMBR itu mengklaim telah menerapkan cost leadership initiative dengan target mempertahankan EBITDA margin.
Untuk kenaikan harga batu bara, sambungnya, perseroan telah menyiasati dengan strategi blending. Dengan demikian, tercapai tingkat yang optimum.
Dia optimistis dengan kinerja sampai dengan akhir 2018. Pihaknya akan menggenjot volume penjualan dibarengi dengan initiative cost leadership untuk mempertahankan EBITDA.
“Kami yakini kinerja semester II/2018 akan jauh lebih baik dibandingkan dengan semester I/2018,” imbuhnya.
Seperti diketahui, SMBR mencatatkan pertumbuhan pendapatan 24,89% secara tahunan pada semester I/2018. Jumlah yang dikantongi naik dari Rp627,35 miliar menjadi Rp783,51 miliar.
Akan tetapi, terjadi kenaikan beban pokok pendapatan pada periode tersebut. Tercatat, beban yang ditanggung naik dari Rp437,66 miliar pada semester I/2017 menjadi Rp546,01 miliar.
Dengan demikian, perseroan semen pelat merah itu mengantongi laba bersih Rp24,08 miliar pada semester I/2018. Pencapaian itu tercatat turun 60,21% secara tahunan.
Baca juga:
Komentar
Posting Komentar