Sebagai akibatnya, laba operasional perseroan juga naik sebesar 14,8% menjadi Rp2,01 triliun dibandingkan tahun lalu. Dengan kenaikan ini, perusahaan berhasil membukukan kenaikan laba bersih pada 2017 sebesar Rp2 triliun. Santosa memaparkan, pada 2017 perseroan mencatat produksi CPO sebesar 1,63 juta ton. Jumlah ini naik sekitar 5,1% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 1,55 juta ton.
Menurutnya, kenaikan ini sejalan dengan kenaikan produksi tandan buah segar (TBS) yang naik 7,2% dari 4,87 juta ton pada 2016 menjadi 5,23 juta ton pada 2017.“Pembelian TBS dari pihak ketiga juga mengalami kenaikan dari 2,54 juta ton menjadi 2,69 juta ton atau naik sebesar 6%,”ujarnya.
Selanjutnya, berdasarkan hasil rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST), perseroan akan membagikan dividen sebesar Rp 470 persaham yang akan dibayarkan pada tanggal 9 Mei 2017. “Dividen sebesar Rp470 per saham tersebut telah memperhitungkan dividen interim sebesar Rp148 per saham yang telah dibayarkan pada tanggal 19 Oktober 2017,”kata Santosa.
Sementara, sisa laba bersih dibukukan sebagai laba ditahan perseroan. RUPST juga menyetujui pergantian dewan komisaris perseroan. Berdasarkan RUPST tersebut, susunan pengurus yang baru sebagai berikut: Presiden Komisaris Chiew Sin Cheok, Komisaris Djony Bunarto Tjondro, Komisaris Independen Sidharta Utama, Komisaris Independen Angky Utarya Tisnadisastra.
Selanjutnya, rapat memberikan wewenang kepada Dewan Komisaris untuk menunjuk salah satu akuntan publik di Indonesia yang terdaftar pada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk melakukan audit laporan keuangan perseroan untuk tahun buku 2018 dan menetapkan jumlah honorarium serta persyaratan lainnya sehubungan dengan penunjukan kantor akuntan publik tersebut. Dalam RUPST tersebut juga dipaparkan Laporan Realisasi Penggunaan Dana atas Hasil Penawaran Umum Terbatas sebesar Rp4 triliun. Perolehan dana tersebut, kata Santosa, digunakan sepenuhnya untuk pelunasan sebagian pinjaman bank.
NERACA
Komentar
Posting Komentar