google-site-verification=zsLknblUv9MPpbGfVx9l3sfhCtAjcEQGFzXwTpBAmUo Rekomendasi Saham Lotus Andalan Sekuritas | 26 Maret 2018 Langsung ke konten utama

Rekomendasi Saham Lotus Andalan Sekuritas | 26 Maret 2018

Rekomendasi Saham Lotus Andalan Sekuritas

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) meradang seiring ditabuhnya genderang perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Akhir pekan lalu, IHSG turun 0,69% ke level Rp 6.210.

Head of LOTS Services Lotus Andalan Sekuritas Krishna Dwi Setiawan menilai, perekonomian global bisa terganggu oleh sentimen ini. "Jika ekonomi dua negara itu terganggu, pertumbuhan ekonomi global juga bisa melemah," ujar Krishna, Jumat (23/3).

Tapi menurut dia, ada dampak positif dan negatif untuk Indonesia dari sentimen ini. Negatifnya, China bisa saja membuka pasar baru di luar AS untuk produk-produk yang dikenakan biaya masuk. Indonesia bisa menjadi salah satu sasarannya.

Jika produk China masuk ke Indonesia, produsen dalam negeri bisa terkena imbas. Tapi sisi positifnya, Indonesia dapat mengambil peluang untuk memperkuat ekspor ke AS menggantikan China.

Menurut Krishna, sentimen perang dagang masih akan mempengaruhi pasar dalam beberapa waktu ke depan. Pelaku pasar kini masih menunggu detail daftar barang yang akan dikenakan tarif masuk oleh AS. Sehingga, secara teknikal IHSG masih bisa menguji level support 6.150.

Analis Semesta Indovest Sekuritas Aditya Perdana Putra melihat, dalam lima belas hari ke depan, IHSG bisa menguji level support di rentang 6.072-6.076 dengan resistance di level 6.350. Meski begitu, ia menilai perang dagang ini bisa dimanfaatkan untuk menarik investor masuk ke Indonesia.

Momentum beli

Aditya menilai, kondisi ini justru bisa dimanfaatkan untuk menyerok saham-saham blue chip di harga bawah. Misalnya, BBCA, BBRI, MYOR, INDF dan UNVR. Selain itu, perlu dicermati pula emiten saham yang masih fokus dengan penjualan dalam negeri. "Saat perang dagang terjadi, dollar melemah, maka akan menyulitkan ekspor," ujar dia.

Krishna menambahkan, koreksi IHSG bisa dimanfaatkan untuk melirik saham yang tak terkait langsung dengan China. Misalnya, saham perbankan, konstruksi dan barang konsumsi.

Namun Harry Su, Managing Director & Head of Equity Capital Market Samuel Internasional justru menyarankan untuk menghindari saham perbankan. Sebab, perang dagang akan membuat harga barang mahal..

Hal itu akan menyebabkan inflasi naik dan memungkinkan kenaikan suku bunga. Sehingga, saham yang punya korelasi kuat dengan mata uang asing akan terimbas. "Hal ini bisa berdampak ke suku bunga dan nilai tukar rupiah," tandas dia.

Harry mengatakan, saham sektor komoditas saat ini cenderung defensif. "Saham ini dapat benefit dengan pelarangan China masuk ke Amerika, mereka akan dapat kesempatan mengirim produknya ke sana," ujar Harry.

Beberapa saham defensif tersebut misalnya, PGAS, ANTM dan ITMG. Harry bilang, harga ANTM masih berpotensi naik hingga Rp 1.050 per saham. Harga komoditas emas juga akan terkerek sentimen perang dagang. Sebab, pasar akan memburu simpanan dalam bentuk safe haven.

Andri Zakaria Siregar, Head of Technical Analyst BNI Sekuritas, mengatakan, saham konsumer seperti UNVR cukup defensif dibandingkan sektor lainnya. Beberapa saham blue chips seperti BBCA dan JSMR juga mulai bisa dilirik.

Frederik Rasali, Vice President Research Artha Sekuritas Indonesia, menjagokan saham ASII, BBRI, BMRI, BBCA, ICBP dan INDF. Sementara itu, Kiswoyo Adi Joe, analis Recapital Asset Management, menyebut, saham BRPT, FPNI, BWPT dan INKP cenderung tahan banting saat IHSG melorot.

Source:
Kontan

Komentar

Saham Online di Facebook

Postingan populer dari blog ini

PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk (GOLD) Catat Pendapatan Rp35,64 Miliar Hingga September 2022

PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk (GOLD) mencatat pendapatan Rp35,64 miliar hingga periode 30 September 2022 naik dari pendapatan Rp32,97 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya. Laporan keuangan perseroan Rabu menyebutkan, beban pokok pendapatan naik menjadi Rp13,29 miliar dari Rp11,91 miliar dan laba kotor naik menjadi Rp22,34 miliar dari laba kotor Rp21,06 miliar tahun sebelumnya. Beban usaha naik menjadi Rp7,58 miliar dari Rp6,90 miliar membuat laba operasi naik tipis menjadi Rp14,76 miliar dari laba operasi Rp14,16 miliar tahun sebelumnya. Laba sebelum pajak menjadi Rp13,93 miliar naik dari laba sebelum pajak Rp13,17 miliar dan laba bersih yang diatribusikan ke pemilik entitas induk mencapai Rp13,14 miliar naik dari laba bersih Rp12,24 miliar tahun sebelumnya. Jumlah liabilitas mencapai Rp41,41 miliar hingga periode 30 September 2022 naik dari jumlah liabilitas Rp34,44 miliar hingga periode 31 Desember 2021 dan jumlah aset mencapai Rp394,69 miliar hingga periode 30 Se...

Cara Membaca Candlestick Saham

Cara membaca candlestick saham sebenarnya cukup mudah dan tidak perlu banyak menghafal. Anda cukup memahaminya saja secara garis besar, maka akan sukses membaca candlestick saham.  Di grafik atau chart saham, kita menemui puluhan pola saham yang berbeda. Di sana ada  Three Black Crows, Concealing Baby Swallow, Unique Three River Bottom dan lain sebagainya. Jika anda harus menghafalkannya, maka akan membutuhkan tenaga yang banyak. Maka dengan artikel ini harapannya Anda mampu cara memahami atau membaca candlestick saham dengan mudah. Dasar-dasar dalam Membaca Candlestick Saham Buyer Versus Seller Sebelum kita mulai mendalami elemen-elemen penting untuk analisa candlestick, kita harus punya cara pandang yang benar terlebih dulu. Anggap saja pergerakan harga itu terjadi karena perang antara Buyer dan Seller. Setiap candlestick adalah suatu pertempuran selama masa perang, dan keempat elemen candlestick menceritakan siapa yang unggul, siapa yang mundur, siapa memeg...

Money Flow Index | Penggunaan dan Setting Indikator MFI

Apa itu Money Flow Index (MFI)? Money Flow Index (MFI) adalah osilator teknis yang menggunakan harga dan volume untuk mengidentifikasi kondisi jenuh beli atau jenuh jual dalam aset. Hal ini juga dapat digunakan untuk melihat divergensi yang memperingatkan perubahan tren harga. Osilator bergerak antara 0 dan 100. Tidak seperti osilator konvensional seperti Relative Strength Index (RSI) , Money Flow Index menggabungkan data harga dan volume, sebagai lawan dari harga yang adil. Untuk alasan ini, beberapa analis menyebut MFI sebagai "the volume-weighted RSI". Money Flow Index pada Indonesia Composite Kunci dalam Memahami Indikator MFI Indikator biasanya dihitung menggunakan 14 periode data. Pembacaan MFI di atas 80 dianggap overbought dan pembacaan MFI di bawah 20 dianggap oversold. Overbought dan oversold tidak selalu berarti harga akan berbalik, hanya saja harga mendekati tinggi atau rendah dari kisaran harga terbaru. Pembuat indeks, Gene Quong dan Avru...