Prospek Saham SSIA
PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menurunkan peringkat PT Surya Semesta Internusa Tbk berikut surat utang (obligasi) berkelanjutan I 2016. Peringkat perusahaan beserta utang emiten bersandi saham SSIA ini dipangkas dari semula idA menjadi idA-, setelah bertahan selama setahun terakhir. Pefindo pun masih menyematkan label negatif bagi prospek (outlook) SSIA.Lewat siaran pers yang dirilis pada 14 Maret 2018 di situsnya, Pefindo menyatakan bahwa penurunan peringkat tersebut didasarkan pada melemahnya struktur permodalan dan proteksi arus kas SSIA. Hal itu disebabkan oleh lemahnya kinerja keuangan SSIA dari segmen bisnis konstruksi dan kawasan industri.
PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menurunkan peringkat PT Surya Semesta Internusa Tbk berikut surat utang (obligasi) berkelanjutan I 2016. Peringkat perusahaan beserta utang emiten bersandi saham SSIA ini dipangkas dari semula idA menjadi idA-, setelah bertahan selama setahun terakhir. Pefindo pun masih menyematkan label negatif bagi prospek (outlook) SSIA.
Lewat siaran pers yang dirilis pada 14 Maret 2018 di situsnya, Pefindo menyatakan bahwa penurunan peringkat tersebut didasarkan pada melemahnya struktur permodalan dan proteksi arus kas SSIA. Hal itu disebabkan oleh lemahnya kinerja keuangan SSIA dari segmen bisnis konstruksi dan kawasan industri.
Adapun peringkat akan kembali diturunkan, bila Pefindo mendapati EBITDA SSIA lebih rendah dari proyeksi karena pelemahan kinerja dari segmen konstruksi dan kawasan industri. Peringkat tersebut juga bisa di bawah tekanan jika SSIA secara signifikan menambah utang, lebih tinggi dari proyeksi tanpa ada kompensasi berupa kenaikan pendapatan dan EBITDA yang lebih tinggi.
Sejauh ini, berdasarkan catatan Pefindo, EBITDA SSIA memang cenderung menurun. Sampai akhir tahun 2016, EBITDA SSIA sebesar Rp 638,2 miliar, turun 23,27% dibandingkan akhir tahun 2015 di posisi Rp 831,8 miliar. Adapun hingga akhir kuartal III 2017, EBITDA SSIA baru berjumlah Rp 306 miliar.
Demikian juga rasio utang per EBITDA yang justru semakin tinggi. Bila pada akhir tahun 2015 debt/EBITDA SSIA yang telah disesuaikan (adjusted) berjumlah 1,7 kali, pada akhir 2016 angkanya naik menjadi 3,9 kali. Adapun hingga September 2017, rasionya sudah bertengger di level 5,7 kali, bila disetahunkan.
Sekadar mengingatkan, tahun 2017 SSIA baru saja mendapatkan dana segar dari hasil penjualan jalan tol Cikopo-Palimanan (Cipali) yang dimiliki melalui PT Bhaskara Utama Sedaya senilai Rp 2,56 triliun. Hal ini yang menyebabkan laba bersih SSIA per September 2017 melonjak menjadi Rp 1,23 triliun, dibandingkan periode yang sama tahun 2016 sebesar Rp 118,01 miliar.
Source:
Kontan
Komentar
Posting Komentar