Analisa Saham BSDE
Penjualan lahan berhasil menyokong pendapatan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) tahun lalu. Hingga kuartal III 2017, emiten properti ini mencatatkan pendapatan sebesar Rp 5,83 triliun atau naik 36,2%. Laba bersihnya pun melonjak 98,76% jadi Rp 2,3 triliun.
Namun tahun ini, BSDE mesti lebih kuat menggenjot kinerja agar tidak menurun. Sebab, sektor properti masih cenderung lesu. Dus, analis memperkirakan, pertumbuhan kinerja BSDE tidak bakal signifikan bahkan menurun.
Adrian M Priyatna, Analis Megacapital Sekuritas, mengatakan, prapenjualan atau marketing sales menyumbang 83% pendapatan BSDE hingga kuartal ketiga tahun lalu. Pertumbuhan marketing sales ini lebih baik dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya sebesar 79%.
Prapenjualan BSDE, kata Adrian menjabarkan, berasal dari penjualan rumah sebesar 35%, penjualan lahan 33%, dan penjualan properti komersial 15%. Selama kuartal III 2017, pertumbuhan marketing sales mereka mencapai 44,9% menjadi Rp 4,84 triliun.
Kenaikan penjualan tersebut datang dari, misalnya, penjualan rumah tapak mencapai Rp 2 triliun. Sebagian besar merupakan kontribusi dari BSD City. Kemudian, penjualan lahan kepada PT BSD Diamond Development, anak usaha hasil kongsi dengan Mitsubishi, dengan nilai sebanyak Rp 1,4 triliun.
Lalu, penjualan strata title yang kebanyakan sumbangan dari The Elements Rasuna dan Casa De Parco. "Kenaikan pendapatan marketing sales menjadi pendorong utama kenaikan kinerja BSDE," kata Adrian dalam riset yang terbit 27 Desember 2017 lalu.
Sulit terulang
Untuk tahun ini, Direktur Utama sekaligus Kepala Riset Buana Capital Alfred Nainggolan memprediksikan, sektor properti belum akan pulih atawa masih melambat. Dus, BSDE relatif sulit untuk mengulang kinerja tahun lalu. Dia punya alasan: sepanjang 2017, kinerja perusahaan properti yang berdiri 1984 silam itu ditopang oleh penjualan lahan. Ini relatif sulit diprediksi ketimbang proyek properti yang bisa dilihat prosesnya.
"Tahun kemarin, mereka memang berhasil melakukan penjualan lahan ke Mitsubishi sehingga penjualannya melompat. Tapi tahun ini, saya tidak prediksi akan ada pembelian lahan secara berkelanjutan," kata Alfred kepada KONTAN, Senin (15/1).
Di sisi lain, Alfred juga memproyeksikan, pendapatan dari penjualan residensial dan properti BSDE sulit mencatatkan pertumbuhan yang signifikan untuk tahun ini.
Secara sektoral, Alfred mengatakan, tahun ini masih berat bagi sektor properti meski tren suku bunga masih rendah. "Masih belum ada gregetnya," ungkap Alfred.
Sementara BSDE menyasar kelas ekonomi menengah ke atas yang memang diproyeksikan melambat pertumbuhannya di 2018. Apalagi, Alfred melihat, pasokan properti bagi kalangan masyarakat dengan ekonomi menengah ke atas masih melimpah.
Tambah lagi, kondisi yang terjadi di lapangan pun menunjukkan penjualan rumah bekas masih melambat. Hal ini membuat penjualan rumah baru relatif melambat.
Permasalahan pada permintaan yang lesu membikin BSDE harus pintar-pintar melakukan efisiensi. BSDE diharapkan mampu menangani arus kas (cash flow) untuk rencana penambahan cadangan lahan (land bank).
Di tahun politik, menurut Alfred, investor properti akan menjadikannya sebagai momentum untuk memperpanjang masa wait and see. Investor cenderung tidak agresif masuk ke lini properti.
Alfred pun memproyeksikan, laba bersih BSDE di 2018 berpotensi turun 10%. Sementara Adrian memperkirakan, BSDE bisa mendekat laba bersih mencapai Rp 2,34 triliun atau tumbuh 1,12% dari proyeksi laba di 2017 sebesar Rp 2,32 triliun. Sedang pendapatan BSDE tahun ini bisa mencapai Rp 8,2 triliun.
Adrian menurunkan target harga saham BSDE di 2018 menjadi Rp 2.270 per saham, dengan rekomendasikan buy. Senada, Yualdo Tirtakencana, Analis RHB Sekuritas Indonesia, merekomendasikan buy dengan target harga Rp 2.650 per saham. Adapun Alfred merekomendasikan hold, dengan target harga Rp 1.785 per saham. Senin (15/1), harga saham BSDE di level Rp 1.700 per saham naik 0,89% dari posisi akhir pekan lalu.
KONTAN
Komentar
Posting Komentar