Berita Saham UNSP
PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) optimis kinerja bisnisnya pada tahun depan lebih cerah dibandingkan dengan tahun ini. Emiten perkebunan dengan kode saham UNSP ini menargetkan produksi Tandan Buah Segar (TBS) sawit tahun depan naik 5% hingga 10%.
Peningkatan tersebut berasal dari tanaman kelapa sawit yang sudah diremajakan dua atau tiga tahun lalu. Harapannya, tahun depan akan mulai panen.
Direktur dan Investor Relation PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk Andi W Setianto mengatakan, pada tahun depan UNSP masih fokus pada peremajaan tanaman yang sudah tua dan berproduktivitas rendah. "Untuk proses peremajaan kebun, kami menggunakan bibit unggul yang diproduksi anak usaha kami," ujarnya, Kamis (21/12).
Selama ini, bibit tanaman kelapa sawit didapatkan UNSP dari produksi PT ASD-Bakrie Oil Palm Seed Indonesia. Bibit produksi anak perusahaan UNSP tersebut diklaim memiliki produktivitas 8 ton per ha. Selain peremajaan tanaman sawit, kata Andi, pihaknya akan mendorong peningkatkan produksi perkebunan kelapa sawit mereka dengan intensifikasi pemeliharan tanaman.
Seiring dengan peningkatan produksi TBS sawit, perusahaan ini pada tahun depan juga akan merambah ke industi hilir kelapa sawit. Saat ini UNSP telah membangun dua pabrik untuk mengolah fatty acid dan fatty alcohol.
Dua pabrik itu terletak di Kuala Tanjung, Sumatra Utara. Pabrik pertama ini berkapasitas produksi fatty acid 300 ton per hari dan fatty alcohol 100 ton per hari. Sementara pabrik kedua memliki kapasitas produksi fatty acid 250 ton per hari dan fatty alcohol 300 ton per hari.
Menurut Andi, pabrik pertama UNSP di Kuala Tanjung sudah mulai beroperasi pada tahun ini. Namun begitu hasilnya masih belum maksimal. "Sejak November pabrik pertama telah mulai berproduksi, tetapi produksi maksimal akan berlangsung pada tahun 2018," terang Andi.
Untuk menyerap hasil produksi produk hilir sawit berupa olein, Andi menyatakan, pihaknya telah bekerjasama dengan perusahaan multinasional yaitu PT Procter & Gamble Indonesia.
Produksi 2017 turun
Masih belum berproduksinya sejumlah tanaman sawit hasil peremajaan, membua t kinerja produksi kepala sawit UNSP pada tahun ini tidak begitu menggembirakan. Produksi TBS sawit sepanjang kuartal III-2017 turun 26,6% menjadi 365.856 metrik ton (MT). Pada periode sama 2016, produksi TBS mencapai sebesar 498.607 MT. Turunnya produksi TBS juga diikuti turunnya produksi minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) sebesar 21% dibandingkan periode sama 2016.
Menurut Andi, produksi sawit UNSP turun karena tidak menerima buah dari kebun sawit lain, kecuali dari petani petani plasma. Ini berbeda dengan kebijakan sebelumnya yang membeli TBS dari perkebunan kelapa sawit lainnya.
Penurunan produksi TBS pada tahun ini juga sebagai konsekuensi dari kebijakan perusahaan Grup Bakrie ini yang lebih fokus mengembangkan produksi sawit perkebunan inti. "Setelah margin produksi baik baru memasukkan buah luar," ujar Andi.
Akibat pilihan strategi tersebut, Andi memprediksikan, hingga akhir tahun ini produksi TBS akan sama dengan produksi tahun 2015. Jumlahnya sebesar 462.194 MT.
Meski produksi turun tajam, Andi bilang, pendapatan bersih UNSP masih naik karena harga CPO dan karet pada tahun ini lebih baik dari tahun lalu. Pendapatan bersih UNSP pada periode Januari hingga September 2017 sebesar Rp 500 miliar. Sementara pada periode yang sama tahun lalu senilai Rp 301 miliar.
KONTAN
Komentar
Posting Komentar