google-site-verification=zsLknblUv9MPpbGfVx9l3sfhCtAjcEQGFzXwTpBAmUo Analisa Saham ADHI | 23 November 2017 Langsung ke konten utama

Analisa Saham ADHI | 23 November 2017

Analisa Saham ADHI

Proyek pembangunan light rail transit (LRT) di kawasan Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi (Jabodebek) bakal menggenjot kinerja PT Adhi Karya Tbk. Sebagian besar pendapatan emiten berkode ADHI ini berasal dari proyek yang dimulai September 2015.

Dalam riset tanggal 31 Oktober, Kepala Riset Ciptadana Sekuritas Arief Budiman mengatakan, pendapatan ADHI dari sektor konstruksi mencapai Rp 7,79 triliun hingga September 2017. Jumlah ini berkontribusi 89% dari seluruh pendapatan ADHI.

Per kuartal III-2017, total pendapatan ADHI mencapai Rp 8,71 triliun atau naik 53% secara year on year (yoy). "Sektor konstruksi ini mayoritas ditopang oleh proyek LRT Jabodebek, yang mana ADHI menjadi salah satu kontraktornya," kata Arief ketika dihubungi, Rabu (22/11).

Laba bersih ADHI juga naik 78% menjadi Rp 205 miliar. Namun, secara kuartalan, laba bersih ADHI turun. Di kuartal III, ADHI mencetak laba bersih senilai Rp 92,9 miliar. Perolehan tersebut turun 17% dari laba bersih kuartal II yang berjumlah Rp 112 miliar.

Arief menilai ADHI tertekan oleh tingginya biaya operasional. Di kuartal III, biaya operasional ADHI membengkak 83% dari kuartal sebelumnya menjadi Rp 237 miliar.

Meski sempat mengalami penurunan laba bersih, analis Samuel Sekuritas Akhmad Nurcahyadi berpendapat, peluang ADHI mencatat kinerja lebih baik di sisa kuartal IV terbuka lebar. Hal ini diperlihatkan oleh penambahan kontrak baru. Dalam risetnya tanggal 22 November, Akhmad menyebut, nilai kontrak baru ADHI telah mencapai
Rp 31,6 triliun hingga bulan Oktober 2017.

Terkait proyek pembangunan LRT Jabodebek, ADHI menargetkan proses keberlangsungan proyek tersebut bisa mencapai 35% di akhir tahun ini. Akhmad memperkirakan ADHI masih akan membiayai proyek LRT Jabodebek hingga Rp 2 triliun, dengan mengandalkan kas perusahaan atau pinjaman dari bank.

Analis Indo Premier Sekuritas Eveline Liauw mengatakan, PT Kereta Api Indonesia (KAI) akan melakukan pembayaran pertamanya untuk membantu pembangunan proyek LRT Jabodebek sebesar Rp 4,5 triliun pada bulan Desember nanti. "Pembayaran berikutnya akan menggunakan skema setengah tahunan, yang kami perkirakan akan diterapkan hingga Juni 2019," kata Eveline dalam riset 31 Oktober. Eveline berharap dana tersebut dapat meringankan beban ADHI, sehingga kinerja emiten tersebut tetap stabil.

Proyek non LRT

Menyongsong tahun 2018, Eveline memandang proyek transit oriented development (TOD) akan berperan besar bagi kinerja ADHI dalam jangka panjang. Saat ini, ADHI memiliki landbank seluas 49 ha di sekitar lintasan LRT Jabodebek. Lahan tersebut diproyeksikan untuk pembangunan kawasan TOD.

Eveline memperkirakan proyek TOD bisa berkontribusi sebanyak 40% dari total pendapatan yang diperoleh ADHI hingga 2019.

Sementara menurut Arief, mubazir jika ADHI terlalu berfokus pada proyek pembangunan LRT Jabodebek semata. Padahal, ada banyak kawasan di sekitar lintasan LRT yang bisa dimanfaatkan oleh emiten tersebut.

Arief pun menyambut baik manakala ADHI akan melakukan pemisahan unit bisnis departemen TOD dan hotel menjadi satu anak perusahaan baru pada Januari 2018.

Bahkan unit ini direncanakan untuk dilepas ke publik lewat initial public offering. "Unit bisnis ini bisa fokus menggarap proyek TOD dan sarana penunjang lainnya," kata dia.

Saat ini, departemen tersebut tengah melakukan pengembangan empat kawasan TOD, yakni LRT City Bekasi Timur-Eastern Green seluas 16,9 ha, Jaticempaka-Gateway Park 5,9 ha, Ciracas-Urban Signature 11,5 ha, dan LRT City Royal Sentul 14,8 ha. Ke depannya, ADHI menargetkan mampu membangun 19 TOD.

Arief menyarankan buy saham ADHI dengan target harga Rp 2.720 per saham. Eveline merekomendasikan buy dengan target harga Rp 2.550 per saham.

Akhmad merekomendasikan buy dengan target harga Rp 2.550 per saham. Ia memperkirakan ADHI bisa meraih pendapatan hingga Rp 19 triliun di tahun depan, sementara laba bersihnya diprediksi mencapai Rp 462 miliar.

KONTAN

Komentar

Saham Online di Facebook

Postingan populer dari blog ini

Money Flow Index | Penggunaan dan Setting Indikator MFI

Apa itu Money Flow Index (MFI)? Money Flow Index (MFI) adalah osilator teknis yang menggunakan harga dan volume untuk mengidentifikasi kondisi jenuh beli atau jenuh jual dalam aset. Hal ini juga dapat digunakan untuk melihat divergensi yang memperingatkan perubahan tren harga. Osilator bergerak antara 0 dan 100. Tidak seperti osilator konvensional seperti Relative Strength Index (RSI) , Money Flow Index menggabungkan data harga dan volume, sebagai lawan dari harga yang adil. Untuk alasan ini, beberapa analis menyebut MFI sebagai "the volume-weighted RSI". Money Flow Index pada Indonesia Composite Kunci dalam Memahami Indikator MFI Indikator biasanya dihitung menggunakan 14 periode data. Pembacaan MFI di atas 80 dianggap overbought dan pembacaan MFI di bawah 20 dianggap oversold. Overbought dan oversold tidak selalu berarti harga akan berbalik, hanya saja harga mendekati tinggi atau rendah dari kisaran harga terbaru. Pembuat indeks, Gene Quong dan Avru...

Cara Menggunakan Elliott Wave

Mengenal Elliott Wave Teori Elliott Wave dikembangkan oleh R.N. Elliott dan dipopulerkan oleh Robert Prechter . Teori ini menegaskan bahwa perilaku orang banyak surut dan mengalir dalam tren yang jelas. Berdasarkan pasang surut ini, Elliott mengidentifikasi struktur tertentu untuk pergerakan harga di pasar keuangan. Artikel ini adalah sebuah pengantar dasar untuk teori Elliott Wave. Suatu urutan dasar impuls 5-gelombang dan urutan korektif 3-gelombang dijelaskan. Saat teori Elliott Wave menjadi jauh lebih rumit daripada kombinasi 5-3 ini, artikel ini hanya akan fokus pada dasar-dasarnya. RN Elliott Derajat Gelombang dalam Elliott Wave elliott wave degree Konvensi pelabelan yang ditunjukkan di atas adalah yang ditunjukkan dalam buku Elliott Wave. Dalam Elliott-speak, konvensi pelabelan ini digunakan untuk mengidentifikasi tingkat atau tingkat gelombang, yang mewakili ukuran tren yang mendasarinya. Angka Romawi huruf besar mewakili gelombang derajat besar, angka sederha...

Rekomendasi Saham BBRI, GGRM, DRMA dan ACST oleh RHB Sekuritas Indonesia | 26 Oktober 2023

RHB Sekuritas Indonesia 26 Oktober 2023 Muhammad Wafi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) Bank Rakyat Indonesia terlihat kembali melakukan rebound disertai volume dan menguji resistance garis MA20 sekaligus resistance bearish channel-nya. Jika mampu breakout resistance garis MA20 maka akan mengkonfirmasi sinyal reversal dari fase bearish untuk menguji resistance garis MA50. Rekomendasi: Buy area disekitar Rp 5.125 dengan target jual di Rp 5.325 hingga Rp 5.575. Cut loss di Rp 5.000. PT Gudang Garam Tbk (GGRM) Gudang Garam terlihat melakukan rebound dan breakout resistance garis MA50 disertai volume dan menguji resistance garis MA20. Jika mampu breakout resistance garis MA20 maka akan mengkonfirmasi sinyal breakout menuju fase bullish dan menguji level tertingginya di bulan Oktober 2023. Rekomendasi: Buy area disekitar Rp 24.800 dengan target jual di Rp 25.375 hingga Rp 26.650. Cut loss di Rp 24.525. PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) Dharma Polimetal terlihat melakukan rebound d...