PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) meluncurkan sejumlah sinetron baru yang mulai tayang di stasiun televisi SCTV pada Oktober 2017. Berbagai sinetron tersebut diyakini mampu menjadi katalis positif SCMA di masa mendatang.
Henry Wibowo, Analis Bahana Sekuritas dalam riset 9 Oktober menyebutkan, SCMA telah melakukan perombakan jam tayang mulai 9 Oktober di bawah kampanye #SinemartReborn dan #CeritabaruSCTV. Hal ini merupakan bagian dari upaya perusahaan meningkatkan kinerja SCTV dan menghidupkan kembali rumah produksi Sinemart.
SCTV meluncurkan empat sinetron baru yang tayang mulai pukul 15.30 WIB-11.00 WIB. "Strategi serupa pernah diterapkan pada 20 Februari 2017 (dan memberi dampak sangat baik yakni membuat SCTV menjadi televisi no.1), ketika Sinemart pertama kali bergabung dengan SCTV," tulis Henry.
Manajemen SCMA berharap strategi perombakan kedua ini akan membantu meningkatkan kinerja Sinemart setelah kemerosotan baru-baru ini lantaran adanya gugatan dari RCTI. "Kami percaya rating TV Oktober yang keluar minggu pertama November akan menjadi katalis dan sumber perubahan positif bagi SCMA selanjutnya," lanjut Henry.
Selanjutnya, kata Henry, prospek SCMA tahun 2018 akan lebih cerah. Sebab, ada tiga peristiwa besar tahun depan yang akan berdampak positif pada industri periklanan. Pertama, Asian Games 2018 di mana Indonesia menjadi tuan rumah pertama kali sejak 1962. SCMA dengan stasiun televisinya, yakni SCTV dan Indosiar telah mendapatkan hak siaran eksklusif untuk Asian Games 2018.
Kedua, FIFA World Cup 2018 di Rusia, di mana penawaran untuk lisensi siaran masih berlangsung. Ketiga, Pemilu daerah yang sebenarnya memberi dampak terbatas pada siaran televisi, namun mampu mendorong sirkulasi uang sehingga meningkatkan daya beli secara keseluruhan.
Henry juga menyoroti bahwa SCMA telah membayar setengah dari biaya Asian Games 2018 pada kuartal III-2016.
Di tengan realisasi pertumbuhan yang rendah, Henry memang memangkas target pendapatan dan laba bersih SCMA. Pendapatan SCMA tahun ini diprediksi hanya tumbuh 5% year on year (yoy) menjadi Rp 4,73 triliun. Sedangkan laba bersihnya tumbuh 4% yoy menjadi Rp 1,56 triliun. Tetapi ia masih merekomendasikan buy dengan target saham Rp 2.500 per saham, turun dari target sebelumnya Rp 3.030 per saham.
Kontan
Komentar
Posting Komentar