PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mencatat EBITDA sebesar Rp361,8 miliar di semester I 2017 tumbuh 35% dibandingkan EBITDA pada periode sama tahun sebelumnya.
Di 1H17, harga rata-rata nikel tercatat sebesar US$4,55 per pon. Sementara itu, harga rata-rata emas di 1H17 tercatat sebesar US$1.272 per oz. Kinerja EBITDA yang positif juga dapat diraih meski terdapat penurunan volume penjualan komoditas utama feronikel dan emas.
Direktur Utama ANTAM Arie Prabowo Ariotedjo mengatakan, kinerja keuangan ANTAM di semester I 2017 merupakan refleksi dari penurunan volume penjualan komoditas feronikel dan emas serta adanya pengaruh volatilitas harga komoditas.
Di 1H17, volume produksi feronikel meningkat 12% menjadi 9.327 ton nikel dalam feronikel (TNi) dari 8.304 TNi di 1H16. Meski demikian, volume penjualan feronikel turun 4% menjadi 7.791 TNi dibandingkan penjualan 1H16 sebesar 8.092 TNi. Penurunan volume penjualan feronikel merupakan imbas dari dilakukannya pekerjaan penggantian roof di Electric Smelting Furnace-3 (ESF-3) dan optimasi fasilitas produksi pabrik FeNi III yang memiliki kapasitas operasi 10.000 TNi per tahun.
Dengan adanya tren kenaikan harga nikel di paruh kedua tahun 2017, ANTAM optimis dapat meningkatkan volume penjualan dengan marjin yang menguntungkan. Volume produksi emas di 1H17 tercatat stabil dengan capaian 1.013 kg, dibandingkan produksi emas 1H16 sebesar 1.015 kg. Volume penjualan emas di 1H17 tercatat sebesar 3.298 kg atau turun 38% dibandingkan penjualan emas di 1H16 sebesar 5.392 kg. Penurunan volume penjualan emas disebabkan oleh adanya gangguan fasilitas pemurnian logam mulia yang terjadi di awal tahun 2017 dan telah terselesaikan.
Perseroan akan meningkatkan penjualan di semester II tahun 2017 melalui penetrasi penjualan ekspor dan penjualan di dalam negeri. Seiring dengan penurunan volume penjualan feronikel dan emas, penjualan bersih ANTAM di 1H17 turun 28% menjadi Rp3,01 triliun, dibandingkan nilai penjualan 1H16 sebesar Rp4,16 triliun.
Pada 1H17 ANTAM telah membelanjakan Rp811,7 miliar untuk keperluan investasi yang terdiri dari Rp93,6 miliar untuk investasi rutin, Rp713 miliar untuk investasi pengembangan dan Rp5,1 miliar untuk biaya ditangguhkan. (end)
IQPLUS
Komentar
Posting Komentar