Perusahaan telekomunikasi, PT Indosat Tbk (ISAT) berharap pertumbuhan penjualan dari pasar korporasi. Skema business to business (B2B) yang diterapkan, dinilai akan memberikan kontribusi yang lebih stabil.
Utamanya, bila dibandingkan dengan bisnis retail atau consumers dengan pelanggan per user. Reza Priyambada Analis Binaartha Parama Sekuritas menyatakan skema B2B tersebut dinilai akan lebih stabil.
Selain harus menyiapkan infrastruktur, ISAT juga harus menjalin hubungan yang baik dengan perusahaan. "Industri telko perkembangannya bisa sangat cepat. Mungkin sekarang kebutuhan corporate belum banyak, tapi belum tau ke depan," terang Reza saat ditemui di Jakarta, Kamis (28/9).
Bisnis telekomunikasi ke depan memang akan menghadapi persaingan yang ketat. Dia memprediksi pertumbuhannya pun tidak besar. Oleh karena itu, setiap perusahaan harus ada nilai lebih, diantaranya seperti menawarkan kualitas.
"Bisnis telko gini-gini saja. Yang mereka lakukan harusnya adalah pengembangan kualitas, seperti suara, dan data," tambahnya.
Dalam pendanaan, ISAT selama ini banyak mengandalkan pendanaan dari eksternal. Diantaranya melalui penerbitan obligasi maupun sukuk. Dari sisi cost, Reza menilai penerbitan rights issue bisa lebih menarik.
Selain itu, juga debt to equity ratio (DER) bisa turun. "Tapi tetap juga harus mempertimbangkan kondisi pasar," kata dia.
Dari perhitungan Reza, valuasi ISAT saat ini memiliki harga wajar saham pada level 7.850. Harga tersebut mencerminkan PE 27,20 kali. Angka ini masih dibawah PE industri sebesar 29,54 kali.
"Rekomendasi buy ISAT dengan target harga 7.850," pungkasnya.
KONTAN
Komentar
Posting Komentar