JAKARTA. Harga gas alam kian tergelincir mengikuti perubahan musim dan keluarnya Amerika Serikat (AS) dari pakta lingkungan Paris Treaty. Pekan lalu, gas alam mencatat harga terendah dalam setahun terakhir.
Mengutip Bloomberg, Jumat (4/8) harga gas alamkontrak pengiriman September 2017 di New York Mercantile Exchange merosot ke US$ 2,77 per mmbtu dan menjadi catatan paling rendah dalam tahun 2017.
Komoditas ini mencatat angka terendah terakhir pada akhir bulan Februari 2016 pada US$ 2,44 per mmbtu. Tak hanya itu, Bloomberg juga mencatat volume perdagangan untuk semua kontrak turun 49% di bawah rata-rata dalam 100 hari terakhir.
Suhu udara yang tidak sesuai perkiraan menyebabkan kebutuhan masyarakat terhadap sumber energi gas tidak sebesar yang diprediksi. "Perkiraan cuaca tidak sesuai ramalan, yaitu tidak terlalu dingin, maka kebutuhan masyarakat untuk pemanas ruangan tidak terlalu besar," jelas Ibrahim, Direktur Garuda Berjangka kepada KONTAN, Senin (7/8).
Temperatur udara AS baru akan menurun pada pertengahan bulan dan memberi dorongan harga. Pada saat cuaca dingin, kebutuhan gas alam akan meningkat. "November harga gas alam akan memanas kembali karena kebutuhannya akan naik tinggi, harga di sekitar US$ 2,80 per mmbtu hingga US$ 2,85 per mmbtu," jelas Ibrahim.
Kenaikan harga ini akan terlihat di kuartal III hingga akhir tahun 2017 dan berlanjut ke Februari tahun depan. Di sisi lain, Ibrahim mengingatkan keluarnya AS dari Paris Treaty bisa berpengaruh pada pasokan gas alam. Produksi gas alam AS berpeluang meningkat dan menciptakan kelebihan pasokan.
KONTAN
Komentar
Posting Komentar