Ditengah koreksi berbagai harga komoditas, tembaga justru menyentuh level tertinggi hampir tiga tahun terakhir. Harga komoditas logam industri ini melambung karena penurunan stok tembaga dan dorongan pertumbuhan ekonomi China.
Mengutip Bloomberg, Rabu (30/8) pukul 16.30 WIB, harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulanan di London Metal Exchange (LME) naik ke level US$ 6.791 per metrik ton. Ini harga tertinggi sejak Oktober 2014.
Andri Hardianto, analis Asia Tradepoint Futures menyebut, kenaikan harga tembaga disebabkan penurunan stok tembaga di Shanghai dan LME.
"Stok tembaga di Shanghai turun 8,2% menjadi 187.444 ton dan stok LME turun jadi 112.950 ton, atau berkurang 775 ton dari minggu lalu," jelasnya, Rabu (30/8).
Tak hanya itu, Andri menambahkan penurunan produksi disebabkan aksi mogok yang terjadi di berbagai tambang, serta kondisi Freeport yang terganggu.
Andri melihat harga ini masih bisa naik lagi dengan melihat sentimen dari China. Penutupan smelter tembaga yang diterapkan China demi alasan lingkungan mendongkrak harga sejumlah komoditas. Negeri tirai bambu tercatat sebagai salah satu pengguna tembaga paling besar, hampir setengah dari konsumsi global.
"China bertanggung jawab pada 46% konsumsi global untuk komoditas metal," jelas Wahyu Tribowo Laksono, analis Central Capital Futures.
Wahyu juga melihat potensi pelemahan dollar terkait keraguan kenaikan suku bunga The Fed juga menjadi sokongan penguatan harga komoditas. Tak hanya itu, tensi geopolitik dengan Korea Utara menyebabkan pasar melakukan pembelian spekulatif yang menyebabkan harga komoditas lain seperti emas juga mendaki.
Prediksi Andri, besok, harga tembaga akan bergerak di level US$ 6.850-US$6.750 per metrik ton. Sedangkan, sepekan, tembaga akan bergerak di kisaran US$ 6.950-US$ 6.650 per metrik ton. Wahyu meramal, besok, tembaga akan bergerak di kisaran US$ 6.700-US$ 6.900 per metrik ton.
KONTAN
Komentar
Posting Komentar