Saling salip sesama saham berkapitalisasi besar alias big cap terus terjadi. Namun saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) selalu mendominasi, setidaknya selama 10 tahun terakhir.
Medio 2006-2009, TLKM menempati posisi teratas big cap. Padahal, periode 2008-2009 terjadi krisis yang juga menghampiri Indonesia. Namun, seolah tak goyah dengan tekanan tersebut, TLKM masih kokoh menjadi big cap nomor satu.
Barulah pada periode 2010-2013 saham PT Astra International Tbk (ASII) menggeser saham TLKM. Periode ini merupakan periode dimana sektor komoditas kala itu sedang booming. Bahkan, TLKM sempat menyentuh urutan terendahnya, big cap terbesar ketujuh di tahun 2011.
Meski demikian, TLKM mampu bangkit. Mulai tahun 2012, TLKM kembali masuk lima besar big cap.
Periode 2014, TLKM malah kembali menempati urutan keempat big cap. Padahal, kondisi politik saat itu sedang panas seiring dengan berlangsungnya pilpres yang akhirnya memenangkan Joko Widodo. Saat era kebijakan moneter bank Indonesia (BI) dimulai pada 2015-2016, TLKM sama sekali belum pernah keluar dari lima besar.
Pada 2016, saham TLKM malah naik ke urutan kedua. Sekarang, TLKM menempati urutan big cap pertama, mengalahkan ASII yang empat kali menjadi big cap teratas selama 10 tahun terakhir. Posisi ini masih terus bertahan setidaknya hingga perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (18/8).
Saham big cap lainnya seperti saham PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) dan PT Bank Central Tbk (BBCA) malah tidak sedominan TLKM dan ASII. HMSP tercatat dua kali menjadi big cap nomor satu, yakni periode 2015-2016. Sementara, BBCA malah hanya sekali, yakni pada tahun 2014.
Taye Shim, Head of Research Mirae Aset Sekuritas Indonesia menilai, logis jika TLKM masih menjadi yang paling dominan. TLKM merupakan salah satu emiten dengan kemampuan bargaining yang kuat.
Kondisi neraca keuangan dan aliran kasnya juga kuat. "Sehingga hal ini membuat TLKM memiliki dominasi pasar yang kuat," ujar Taye.
Valuasi saham TLKM dan BBCA yang menempati big cap kedua saat ini memang relatif sama. TLKM memiliki price earning ratio (PER) 20,1 kali, sementara BBCA 20,2 kali.
Tapi, tingkat pengembalian investasi yang tercermin dari return on equity (ROE) TLKM jauh lebih menarik. Taye memprediksi, ROE TLKM hingga akhir tahun nanti bisa mencapai 25,8%. Sementara, BBCA hanya 18,8%.
Karena kelebihan itu juga Taye masih menyukai saham TLKM setidaknya hingga akhir tahun nanti.
kontan.co.id
Komentar
Posting Komentar