JAKARTA. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk(TLKM) makin agresif mengembangkan bisnis melalui jalur anorganik. Emiten pelat merah ini tengah mengevaluasi sekitar 10 inisiatif merger dan akuisisi (M&A).
Digital and Strategic Portfolio TLKM David Bangun mengatakan, TLKM berencana melakukan merger ataupun akuisisi atas beberapa perusahaan di bidang teknologi informasi dan penunjangnya. Misalnya saja, bisnis e-commerce, fintech, dan perusahaan menara.
TLKM membidik beberapa perusahaan potensial, baik yang berasal dari dalam negeri ataupun luar negeri. Dalam rencana itu, TLKMtetap berupaya memegang kendali, dengan menguasai saham mayoritas.
Jika tak ada aral melintang, merger ataupun akuisisi ini akan dilakukan melalui pasar modal. Misalnya dengan menyerap emisi penawaran saham perdana (IPO) atau backdoor listing.
Sayangnya, manajemen TLKM masih menutup rapat informasi nama-nama perusahaan yang tengah dibidik. Yang jelas, salah satu sektor prioritas adalah perusahaan menara. "Karena bisnis menara adalah bisnis yang paling strategis," kata David di Jakarta, Senin (7/8).
TLKM berencana membesarkan bisnis menara melalui anak usahanya, PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel). TLKM akan menggabungkan bisnis Mitratel dengan anak usahanya yang lain, PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel). Proses konsolidasi tersebut diharapkan bisa berlangsung tahun depan.
Usai konsolidasi, TLKM akan mengakuisisi perusahaan menara lain, sehingga valuasi Mitratel makin besar. Saat ini, Mitratel merupakan perusahaan menara ketiga terbesar di Indonesia. "Kalau di posisi itu, valuasinya di atas Rp 10 triliun," tambah David. Setelah asetnya meningkat, TLKM akan menyiapkan unit bisnis hasil konsolidasinya itu untuk melantai di bursa efek.
Posisi kas besar
TLKM belum membeberkan nilai investasi yang dibutuhkan untuk rencana anorganik itu. Tapi, TLKM akan menyiapkan pendanaan di luar anggaran belanja modal tahun ini yang sebesar Rp 26,7 triliun-Rp 29 triliun.
Harry M. Zen, Direktur Keuangan TLKMmengatakan, perusahaan ini masih punya banyak ruang untuk mencari dana eksternal. Per Juni 2017, TLKM masih memiliki kas internal Rp 19,07 triliun. "Kalau biaya merger dan akuisisi terlalu besar, baru kami akan mencari dana melalui pasar surat utang," ujarnya.
Reza Priyambada, Analis Binaartha Parama Sekuritas, mengatakan, ekspansi anorganik TLKM merupakan upaya perusahaan untuk terus mempertahankan penguasaan pangsa pasarnya. Apalagi, saat ini persaingan di industri telekomunikasi dan bisnis digital makin ketat.
Dengan asumsi pertumbuhan earning per shareke depan antara 18%-20%, Reza masih merekomendasikan buy saham TLKM. Ia mematok target harga TLKM sebesar Rp 5.250 per saham.
KONTAN
Komentar
Posting Komentar