PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR) akan mencari pendanaan melalui pasar modal Indonesia. Adapun aksi korporasi yang dipilih yakni penerbitan obligasi melalui mekanisme Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) Tahap I senilai Rp2,5 triliun pada akhir September 2017 dari total obligasi berkelanjutan sebesar Rp4,5 triliun.
Menurut Direktur Utama Bank BJB, Ahmad Irfan, perseroan merencanakan penerbitan obligasi untuk tahun 2017 dan 2018 sebesar Rp4,5 triliun. "Pada tahap pertama sebesar Rp2,5 triliun. Paling tidak diterbitkan di Oktober atau di akhir September ini," katanya usai Analyst Meeting BJBR di Jakarta, Senin.
Dia menyebutkan, rencana penerbitan obligasi tersebut untuk memperkuat struktur dana perseroan. Selain itu, kata dia, sejalan dengan upaya BJBR untuk menekan tingkat loan to funding ratio (LFR) hingga ke bawah 80 persen. "Kami berharap di akhir September ini sudah bisa diterbitkan," imbuhnya.
Lebih lanjut Irfan mengatakan, pada Kuartal II-2017 total dana pihak ketiga (DPK) BJBR meningkat 15,6 persen (yoy) menjadi Rp85,4 triliun. "Total aset kami menembus Rp108,6 triliun atau bertumbuh 11,7 persen. Kredit kami di kuartal kedua bertumbuh 12,9 persen menjadi Rp68,2 triliun," paparnya.
Sementara itu, jelas dia, BJBR juga mampu menekan rasio kredit bermasalah (NPL) menjadi 1,57 persen di Kuartal II-2017 atau lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama di 2016 sebesar 2,02 persen. "Laba bersih kami tercatat sebesar Rp829 miliar," jelas Irfan.
Dia mengungkapkan, pada tahun ini perseroan menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 13 persen. Secara umum, jelas dia, seluruh target kinerja keuangan perseroan masih sejalan dengan Rencana Bisnis Bank (RBB) 2017.
"Soal turunnya laba kami, tren penurunan kredit yang secara industri saja menjadi 7,7 persen. Padahal di 2016 masih 9 persen. Selain itu, memang pada 2016 kami memiliki banyak dana murah dan adanya kebijakan pemerintah terkait bunga single digit," paparnya. (end/as)
IQPLUS
Komentar
Posting Komentar