JAKARTA. Kinerja emiten sektor unggas hingga awal semester kedua tahun ini masih tertekan oleh daya beli. Bahana Sekuritas dalam riset sektoral mengungkapkan, pemulihan ekonomi masih belum dirasakan industri perunggasan Indonesia.
Faktor musiman puasa dan Lebaran tak mampu mengerek permintaan terhadap ayam dan turunannya. Padahal, pemerintah sudah menggelar program pemusnahan untuk mengurangi keterpurukan harga. "Rendahnya daya beli masyarakat pada tahun ini menjadi salah satu penyebab berkurangnya konsumsi ayam," kata Analis Bahana Sekuritas Michael Setjoadi, Selasa (8/8).
Dengan adanya formulasi baru terhadap kenaikan upah minimum yakni besar pertumbuhan ekonomi plus besar inflasi, serta adanya kenaikan tarif dasar listrik membuat daya beli masyarakat tidak sekuat tahun sebelumnya. Bahana pun menurunkan prediksi kinerja keuangan tiga emiten unggas tahun ini, yakni PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk(CPIN), PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), dan PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN).
CPIN
Bahana memperkirakan, pendapatan CPIN akan tergerus menjadi Rp 39,93 triliun pada akhir 2017, dari perkiraan semula sekitar Rp 41,45 triliun. Sedangkan pada tahun depan diperkirakan Charoen bisa mengantongi pendapatan sekitar Rp 42,93 triliun, turun 2,3% dari perkiraan semula.
Turunnya pendapatan mempengaruhi perkiraan laba bersih sepanjang tahun ini, yang diperkirakan turun hingga 23,9% dari perkiraan semula menjadi Rp 2,42 triliun pada akhir 2017. Bahana memperkirakan, laba CPIN Tahun depan diperkirakan tumbuh 10,6% menjadi Rp 3 triliun meski pendapatan turun.
Dengan perkiraan kinerja ini, Bahana merekomendasikan reduce untuk saham CPIN karena valuasi harga sudah kemahalan. Bahana menurunkan target harga saham CPIN dari Rp 2.900 menjadi Rp 2.750 per saham.
JPFA
Rekomendasi Bahana atas perusahaan berkode JAPFA ini lebih positif karena fundamentalnya lebih baik, memiliki bisnis yang lebih beragam dan valuasi harga masih murah, sehingga perusahaan sekuritas pelat merah ini merekomendasikan beli dengan target harga sedikit mengalami kenaikan dari semula Rp 1.700 menjadi Rp 1.750 per saham.
Sama halnya dengan CPIN, pendapatan Japfa pada akhir tahun ini diperkirakan turun 3,7% dari perkiraan semula menjadi Rp 27,6 triliun. Laba bersih JPFA diperkirakan turun 19% dari perkiraan semula menjadi Rp 1,31 triliun pada akhir 2017.
Meski pendapatan diperkirakan turun 2,6% dari perkiraan semula menjadi Rp 28,81 triliun pada tahun depan, laba bersih JPFA diperkirakan melonjak hingga 35% dari perkiraan semula menjadi Rp 1,61 triliun.
MAIN
Bahana merekomendasikan reduce atas saham MAIN karena valuasi harga sudah kemahalan serta ketersediaan fasilitas untuk menunjang usahanya belum tersedia, misalnya freezer untuk mempertahankan ayam tetap dalam kondisi segar sejak pemotongan hingga ke konsumen. Malindo masa menggunakan jasa pihak ketiga serta ada beberapa fasilitas lainnya yang belum tersedia.
Tahun ini, pendapatan Malindo diperkirakan turun hingga 8,3% dari perkiraan semula menjadi Rp 5,37 triliun. Laba bersih anjlok hingga 36,3% dari perkiraan semula menjadi Rp 190 miliar pada akhir 2017.
Bahana memperkirakan, pendapatan MAIN tahun depan turun 7% dari perkiraan semula menjadi Rp 5,77 triliun, dengan kenaikan laba bersih sekitar 5,1% dari perkiraan semula menjadi Rp 240 miliar. Bahana menurunkan target harga MAIN menjadi Rp 860 dari perkiraan semula Rp 1.100 per saham.
Kontan
Komentar
Posting Komentar