Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate (7-DRR). Dalam keputusan tersebut, BI menurunkan sebanyak 25 basis poin (bps) menjadi 4,5% dari sebelumnya 4,75%. Hal ini bisa menjadi angin segar bagi industri di tanah air, karena akan menggeliatkan sektor usaha tertentu.
Namun, Franky Rivan analis Mirae Asset Sekuritas memperkirakan, pemangkasan suku bunga acuan secara luas, telah berdampak buruk bagi pengembang. Pasalnya, dinamika penawaran dan permintaan terhadap sektor properti menjadi lebih inelastis. Artinya, konsumen menjadi kurang peka terhadap perubahan harga.
Franky berasalan, pemerintah pusat telah memangkas suku bunga acuan sebanyak enam kali pada tahun lalu. "Dan kami melihat sedikit bukti peningkatan permintaan pada sektor properti," terang Franky dalam riset, Selasa (23/8).
Dia menambahkan, pada semester 1-2017, lima pengembang teratas mencatatkan penjualan pasar sebesar Rp 5,4 triliun. Pencapaian ini memburuk 9,6% dibandingkan tahun sebelumnya yakni Rp 6 triliun pada semester 1-2016.
Meski demikian, Franky berharap bisa melihat momentum harga jangka pendek karena pemotongan suku bunga baru-baru ini. Yakni dengan mengimbangi pandangan bearish yang terlalu buruk terhadap pengembang.
Adanya dinamika penawaran dan permintaan yang tidak menguntungkan di sektor properti menyebabkan Mirae memberikan pandangan netral terhadap properti. "Kami mungkin dapat mengharapkan peluang perdagangan jangka pendek yang timbul dari pemotongan suku bunga," katanya.
Rivan menyatakan, pilihan utama emiten properti tidak berubah. Dia menyarankan investor bisa mengambil peluang perdagangan pada saham PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE). Rekomendasi buy saham TBIG dengan target harga Rp 2.210. "Perlu dicatat bahwa perusahaan memiliki aset real estate terbesar dibandingkan dengan perusahaan properti lain," katanya.
KONTAN
Komentar
Posting Komentar