JAKARTA. PT Adhi Karya Tbk (Persero) mencatatkan pendapatan senilai Rp 2,9 triliun pada kuartal kedua 2017. Analis memprediksi, emiten berkode saham ADHI ini akan mempertahankan pertumbuhan pendapatan sekitar 18% pada 2017 atau setara dengan pertumbuhan pada 2016.
Raphon Prima, Analis NH Korindo Sekuritas dalam riset yang diterima KONTAN, Jumat (4/8), menyebutkan jika dibandingkan dengan tren pendapatan sejak kuartal III/2016 yang di atas Rp 2 triliun, pendapatan pada kuartal II/2017 tersebut tidak terlalu menggembirakan.
Menurut Raphon, keberlanjutan pertumbuhan pendapatan ADHI bakal mendapati tantangan setelah realisasi kontrak baru yang didapat pada kuartal II/2017. "ADHI hanya mampu mendapat kontrak baru di luar proyek LRT sebesar Rp 2 triliun, yang terendah dalam dua tahun terakhir," imbuhnya.
Meski ADHI juga berhasil meningkatkan grossmargin, EBIT, dan net margin pada kuartal II/2017, ekspektasi kenaikan interest cost akibat adanya kenaikan posisi utang, bakal menjadi tantangan bagi emiten ke depan. Pasalnya, posisi utang ADHI pada kuartal II/2017 melonjak jadi Rp 7,4 triliun dari sebelumnya Rp 3,9 triliun pada kuartal I/2017.
"Dengan kondisi demikian, diperkirakan bahwa net margin pada 2017 dan 2018 akan cenderung stabil di sekitar 2,7%," ujar Raphon. Dia menilai, posisi tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan periode 2014-2015 yang ada di sekitar 4,0%.
Raphon merekomendasikan hold saham ADHI dengan target Rp 2.470 per saham. Target harga tersebut mencerminkan Price to Earning Ratio(PER) sepanjang 2017 sebesar 25,4 kali. "Valuasi yang tidak murah menjadi salah satu risiko yang perlu diperhatikan investor," ungkap Raphon.
Komentar
Posting Komentar