Analisa Saham | Sektor Konstruksi | 19 Juli 2017
Penurunan sektor konstruksi telah dimulai dari sejak Agust'16. Alasan utama penurunan dari sektor ini adalah bahwa Investor khawatir pemerintah tidak memiliki dana untuk membayar kontrak - kontrak kepada kontraktor. Dengan demikian, meskipun emiten konstruksi memiliki kontrak dalam pengerjaan (Order Book) yang besar namun pada saat kontrak tersebut selesai, pembayaran Cash tidak dapat dilakukan sehingga tercatatlah pendapatan proyek tersebut sebagai Piutang.
Lebih parah lagi, karena proyek - proyek jumbo dan pembayaran yang cenderung belakangan (apalagi untuk proyek dengan status Turnkey seperti WSKT), maka hutang emiten konstruksi pun meningkat drastis. Pembayaran proyek yang tertunda (jika tidak bisa dibilang macet) sementara ada tagihan hutang akan membahayakan posisi emiten tersebut.
Meski demikian, jika dilihat dari sisi optimis, pemerintah tetaplah pemerintah yang dapat melakukan pembayaran atas hutang proyek infrastruktur (meskipun dengan menerbitkan hutang baru lagi). Plus perlu diperhatikan bahwa sampai saat ini, pengerjaan proyek tidak ada kendala yang berarti (seperti kasus korupsi proyek) sehingga proyek tersebut kemungkinan besar akan berjalan dan selesai pengerjaannya. Dengan demikian, ada potensi yang menarik untuk Buy on Weakness di setiap penurunan harga saham emiten konstruksi.
Perlu diingat juga bahwa di tahun 2017, pemerintah cenderung mengerem belanja infrastruktur di 1H17. Sementara pendapatan pajak pemerintah di 1H17 meningkat dibanding 1H16. Belanja pemerintah di 1H16 justru meningkat sehingga ketika pendapatan pajak di 1H16 tidak sesuai dengan target, pemerintah terpaksa memotong belanja, termasuk pemberian proyek. Ada kemungkinan pemerintah menggenjot belanja infrastruktur di 2H17 seiring dengan penerimaan yang membaik. Peningkatan belanja infrastruktur tersebut akan positif untuk sektor konstruksi, terutama karena harga emiten konstruksi sudah dianggap murah.
ADHI kemungkinan akan sulit mendapat sentimen positif karena baru saja DPR menolak penanaman modal negara ke KAI (untuk memuluskan proyek LRT Jabodetabek) di Rancangan APBN P 2017 sehingga pemerintah baru dapat mengajukan PMN tersebut di Rancana APBN 2018.
Investor masih akan menunggu pencairan dana pinjaman dari China Development Bank untuk WIKA. Sementara CDB sendiri menunggu sampai Land Clearing (pembebasan lahan) untuk proyek High Speed Rail selesai 100%.
Emiten konstruksi yang masih cenderung positif adalah PTPP seiring dengan sedikitnya proyek yang berstatus Turnkey dan PTPP cenderung mendapatkan kontrak baru melalui mekanisme Tender (bukan penunjukkan seperti ADHI). Dengan mekanisme Tender, proyek yang diperoleh cenderung telah diseleksi dan dipercaya baik untuk PTPP. Selain itu, eksposure PTPP di properti masih positif, terutama dari PPRO dan PP Urban, anak PTPP di sektor properti juga.
WSKT mungkin masih akan positif terutama karena peringkat S&P Indonesia yang berpotensi menurunkan hutang raksasa WSKT. Selain itu, eksposure WSKT di jalan tol memberikan keleluasan WSKT dalam hal Funding, seperti halnya JSMR yang akan segera men-sekuritisasi ruas tol Jagorawi. Penggantian biaya pembelian tanah oleh Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN) di tahun 2017 pun akan positif untuk WSKT karena akan mengurangi beban hutang.
Komentar
Posting Komentar