Di akhir bulan April lalu saham BEKS akhirnya turun ke 50, penurunan ini membuat ribuan investor di Indonesia kecewa, karena seperti kita ketahui saham ini memang sempat sangat populer dan direkomendasikan oleh banyak pakar saham independen sepanjang tahun yang lalu, saham ini digadang-gadang sebagai The Next BJBR, dan punya peluang yang luar biasa cerah pasca akuisisi yang dilakukan olhe Pemda Banten.
Maraknya pembahasan akan saham ini tahun lalu membuat sangat banyak investor ritel percaya dan membeli saham ini, dan sebagian besar dari mereka dalam posisi nyangkut saat ini, dan investasinya berpotensi mati suri, setelah harga saham ini berkutat di batas bawah di 50.
Hal tersebut yang menyababkan setiap kali kami bertemu dengan investor baik di acara gathering investor atau workshop, akan selalu ada investor yang bertanya mengenai potensi pergerakan saham ini kedepan dari sudut pandang Bandarmologi. Karena memang di pertengahan tahun yang lalu ketika saham ini sedang ramai-ramainya dibahas, kami mungkin satu-satunya pihak yang selalu ‘berpandangan buruk’ terhadap prospek saham ini kedepan.
2 point penting mengenai saham BEKS dari sudut pandang BANDARMOLOGI.
Pertama: BANDAR sedang mendistribusi saham BEKS, dan masih terus mendistribusi saham ini, Semua berita positif, prospek yang cerah, dan aksi-aksi lain yang dilakukan Bandar untuk mempopulerkan saham ini kepada investor ritel bertujuan supaya mereka bisa menjual saham ini pada investor ritel seperti kita.
Kedua: Tidak peduli prospek saham ini secara Fundamental, harga saham ini diatur oleh BANDAR, jadi selama BANDAR masih distribusi arah saham ini masih akan ke bawah.
Pertanyaan terbesarnya sekarang adalah, ketika harga saham sudah sampai di level 50 dan sudah tidak bisa turun lebih dalam lagi apa yang akan terjadi di saham ini kedepan ?
Dari data KSEI yang dirilis akhir bulan Mei, kepemilikan Investor Domestic Individual yang mencerminkan grafik kepemilikan investor ritel seperti kita masih terus naik, dan saat ini sudah mencapai 30.3% (level tertinginya dalam 5 tahun terakhir).
Persentasi kepemilikan investor ritel ini sudah bertambah cukup signifikan jika dibandingkan dengan level kepemilikan pada pembahasan kami di akhir bulan Februari yang lalu yang masih ada di kisaran 22.8%. Hal ini menandakan bahwa meskipun harga saham ini sudah cukup terpuruk dalam 3 bulan terakhir, namun BANDAR masih bisa terus melakukan DISTRIBUSI ke investor ritel.
Melihat data di atas tidak heran jika harga saham ini akhirnya jatuh ke level 50 seperti sekarang, namun justru karena itu saham ini kembali menarik untuk dibahas karena sekarang harga saham ini sudah tidak bisa lagi turun harganya, bukan cuma jika harganya mati suri di level 50, maka bukan hanya harganya tidak bisa turun lagi, namun distribusi bandar juga tidak bisa dilakukan lagi.
Kondisi inilah yang membuat saham ini menarik saat ini, karena dalam kondisi ini hanya 2 hal yang bisa dilakukan oleh Bandar.
PERTAMA : MENIDURKAN SAHAM INI DI HARGA 50 DALAM JANGKA WAKTU LAMA
Setelah berhasil menjebak para investor ritel untuk melakukan distribusi besar-besaran di saham ini, Bandar bisa saja melakukan aksi buyback di saham ini, dan tidak ada cara lebih menarik untuk bandar melakukan buyback di sebuah saham selain dengan cara menidurkan sahamnya di level 50an untuk jangka waktu yang lama.
Karena jika harga tidur di 50, cepat atau lambat mayoritas investor ritel yang nyangkut di saham ini akan bersedia untuk menjual saham yang mereka miliki di harga 50 bahkan lebih rendah di pasar nego, dalam kondisi itulah bandar bisa dengan tenang melakukan akumulasi secara perlahan. Memanfaatkan keputusasaan para investor ritel yang terjebak di saham ini.
Setelah barang yang diakumulasi cukup banyak baru saham ini dikerek lagi ke atas, pada saat itulah berita-berita mengenai prospek cerah saham ini akan disebar lagi kepada investor ritel, supaya bandar bisa kembali menjual saham kembali ke investor ritel yang bukan mustahil menjadi korban selanjutnya.
Jika kami mempelajari kasus seperti ini, aksi akumulasi bandar bisa terjadi dalam waktu yang cukup panjang dari 6 bulan sampai 2 tahun, tergantung seberapa banyak dan seberapa cepat mereka bisa memaksa investor ritel untuk cutloss di harga 50 kebawah.
KEDUA : MEMBANGKITKAN HARGANYA, SUPAYA BANDAR BISA JUALAN LAGI
Jika melihat masih besarnya minat beli investor ritel terhadap saham ini sampai bulan Mei kemarin, besar kemungkinan bandar melihat hal tersebut sebagai potensi untuk terus melanjutkan aksi distribusi mereka, namun kita tahun distribusi tersebut tidak bisa dilakukan di level harga 50.
Jadi satu-satunya cara untuk BANDAR melanjutkan aksi distribusinya adalah dengan menaikan dulu harga saham ini, gunanya untuk kembali menarik minat investor ritel untuk kembali membeli saham ini.
Jika melihat masih tingginya popularitas saham ini, strategi tersebut menjadi sangat menarik untuk dilakukan Bandar, dan jika memang strategi ini yang dipilih kemungkinan dilakukan dalam waktu dekat ini, sehingga harganya tidak akan lama di level 50, dan karena dalam 2 minggu terakhir saham-saham gorengan sedang bergerak sangat volatil.
Kenaikan kemungkinan akan sangat mencolok, dan menarik perhatian banyak investor ritel. Pada saat itu forum-forum saham akan sibuk membahas saham ini, yang akhirnya disertai dengan kembali meningkatnya aksi beli investor ritel di saham ini, atau dari sudut pandang lain Bandar kembali berhasil melanjutkan distribusinya di saham ini.
Hal lain yang membuat kami merasa strategi ini menarik untuk dilakukan Bandar adalah, karena strategi kedua ini bisa terlebih dulu dilakukan, sebelum BANDAR menjalankan strategi pertama dalam beberapa bulan atau beberapa tahun kedepan.
by Creative-Trader
DisclaimerOn
Komentar
Posting Komentar