SEMEN BATURAJA TARGETKAN KUASAI PASAR SUMBANGSEL
IQPlus, (22/05) - PT Semen Baturaja (Persero) Tbk menargetkan menguasai pangsa pasar wilayah Sumatera Bagian Selatan atau Sumbagsel setelah Pabrik Baturaja II resmi beroperasi pada Mei 2017.
Direktur Umum dan SDM PT Semen Baturaja, Amrullah di Palembang, Senin, mengatakan, pabrik yang menelan biaya investasi sebesar Rp3,4 triliun tersebut akan memiliki kapasitas produksi Semen menjadi 3,85 juta ton atau naik 92,5 persen dari saat ini hanya sebesar dua juta ton semen per tahun.
"Dengan beroperasinya pabrik baru ini, artinya peluang merajai pasar Sumbagsel semakin terbuka, meliputi Sumsel, Bangka Belitung, Lampung, Jambi dan Bengkulu. Kemungkinan besar pada pertengahan tahun sudah terlihat hasilnya karena pada Juli, pabrik baru sudah bisa beroperasi penuh," kata Amrullah.
Amrullah yang dijumpai di sela-sela kunjungan Kepala Badan Standarisasi Nasional Bambang Prasetya ke kantor Semen Baturaja di Palembang, mengatakan, pada tahun ini juga perusahaannya menargetkan bisa merebut 60 persen kebutuhan semen di wilayah Sumbagsel yang mencapai total enam juta ton per tahun.
Kepercayaan diri itu dilatari semakin baiknya produk yang dihasilkan yakni telah berlabel Standar Nasional Indonesia, dan gencarnya pembangunan infrastruktur di Sumbagsel.
"Untuk proyek Light Rail Transit (LRT) Palembang saja, bisa dikatakan menggunakan 95 persen produk semen Baturaja. Sedangkan untuk SNI sendiri, produk semen Baturaja sudah tersertifikasi sehingga kualitasnya sudah diakui," kata Amrullah.
Ke depan, seiring dengan tren peningkatan produksi ini, perusahaan juga menargetkan dapat menembus pangsa pasar di wilayah barat Jawa yakni Jakarta hingga Jawa Barat, dan wilayah Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) yakni Aceh hingga Sumatera Utara dan Sumatera Barat.
Pabrik Baturaja II diklaim lebih efisien dan ramah lingkungan jika dibandingkan pabrik sebelumnya. Pabrik ini disebut-sebut menjadi pabrik yang pertama di Indonesia menerapkan teknologi terkini yakni sistem vertical mill dan bag house.
Dengan menggunakan sistem vertical mill, konsumsi listrik akan lebih efisien dibandingkan dengan penggunaan energi pada pabrik pertama yang sistem produksinya masih berupa ball mill.(end/ant)
Komentar
Posting Komentar