Kemarin the Fed menaikkan suku bunga. Apa harapan sebelum kenaikan ini? Apakah pasar saham akan tumbang karena biasanya suku bunga naik maka saham akan turun? Tapi hari ini bursa saham mengalami kenaikan yang lumayan. Termasuk IHSG. Bahkan IHSG kurang 7 point lagi untuk melewati batas tertinggi sebelumnya.
Apakah kita bisa memprediksi hal ini sebelumnya? Kami tidak tahu apakah ada yang bisa. Kami sendiri tidak bisa. Dan karena tidak bisa, maka kami bermain aman. Yaitu tetap full porto dalam investasi. Alasannya sederhana. Ekonomi digerakkan oleh aktivitas manusia. Dan manusia cenderung akan bergerak maju, memang kadang mengalami kemunduran karena melakukan kesalahan. Terus kenapa, bukankah setelah melakukan kesalahan manusia belajar dan di masa depan, ketika masalah yang sama muncul, manusia telah punya pengalaman.
Istilahnya, kami bertaruh pada kemajuan manusia. Bayangkan satu negara yang berusaha maju. Ekonominya diwakili oleh pasar modal, di Indonesia adalah IHSG. Di dalam ekonomi, jelas ada perusahaan terbaik, biasa-biasa saja, dan perusahaan yang buruk. Keuntungan kita berinvestasi dengan rekening pribadi dibanding menggunakan reksadana atau unit link adalah kita punya kebebasan dalam memilih perusahaan yang ingin kita investasikan.
Kebebasan ini jelas harus dibarengi dengan ilmu dan mental yang tepat. Silakan baca artikel kami yang lain tentang 2 hal ini. Jika kita tidak punya ilmu dan mental, adalah lebih baik berinvestasi di reksadana saja.
Jika kita berinvestasi di IHSG, berarti jika negara maju, maka index saham juga maju. Dan dengan ilmu, kita mengumpulkan saham dari perusahaan terbaik. Coba bayangkan ada 1 Kelas yang terdiri dari anak pintar, sedang dan di bawah rata-rata. Jika kita ingin memajukan Kelas ini untuk ikut perlombaan, siapa yang kita kirim. Jelas kumpulan anak terbaik. Dan cara paling mudah adalah mengenali lebih dekat tiap anak dan membaca rapor mereka. Ini adalah ilmu statistik sederhana. Kita membuang yang jelek dan hanya memasukkan yang terbaik supaya rata-rata kita menjadi lebih baik. Dan kita tidak tiap 5 menit atau ketika salah 1 soal maka anaknya kita keluarkan untuk diganti yang lain kan?
Dan dalam berinvestasi, lawan utama kita adalah inflasi dan diri sendiri, bukan Warren Buffett atau tetangga kita yang start nya mungkin lebih bagus, karena terlahir dari keluarga kaya, atau punya pasangan yang makmur.
Jadi, dengan mengenali perusahaan dan membaca laporan keuangan, kita memperbesar peluang kita untuk menemukan perusahaan terbaik. Perusahaan terbaik yang akan tetap kita pegang selama kondisi nya memungkinkan.
Sekarang, jika sudah memegang perusahaan terbaik, apakah sekarang saat tepat untuk keluar? Karena market sedang lagi bagus untuk keluar, bukan untuk masuk. Apalagi di One Up dibahas, Tanda bursa akan koreksi adalah kenaikan suku bunga. Dan kenaikan suku bunga Amerika jelas tidak akan berakhir di 1%. Dari diskusi dengan teman, sampai tahun depan kemungkinan Fed Rate akan naik lagi mungkin ke 2-2.5%.
Jadi, apakah sekarang adalah saat tepat untuk keluar? Atau pas Fed rate di 2%, atau di 2.5%? Jujur saja, kami tidak tahu. Harapan investor adalah setelah beli, sahamnya naik, setelah jual sahamnya turun. Segala cara dilakukan untuk itu. Tapi 1 rahasia besar, bagi kami metode value investing adalah yang terbaik untuk menghadapi naik turunnya bursa.
Alasannya sederhana. Yang memakai nya adalah investor terbaik di dunia. Dan daftar forbes jelas tidak akan bohong. Bagi kami, jika kami Membuang metode ini dan mencoba cara yang belum pasti dan tidak ada bukti nyata keberhasilan, adalah seperti membuang berlian demi batu bata. Benar-benar tidak logis.
Kami menulis ini bukan berarti kita hidup di surga dan tidak ada masalah nantinya. Krisis pasti datang, waktunya yang tidak bisa dipastikan. Tidak ada kejadian pencetus krisis yang bisa diprediksi. 2000 siapa yang mengalami bubble dot com, 2008 siapa yang menyadari subprime mortgage, 2010 krisis Eropa, 2011 krisis Yunani, 2013 tappering, 2014 Fed rate, semua istilah yang sebelum krisis belum ada. Mungkin kita bisa mengambil contoh Michael Burry yang berhasil menebak Subrpime. Tapi apakah ini karena keahliannya atau karena fokusnya pada sektor ini? Apakah dia bisa mengulangi untuk krisis berikutnya? Dan jika benar dari keahliannya, atas dasar apa kita yakin kita punya kemampuan seperti dia. Menebak dari mana datangnya serangan krisis, benar-benar melelahkan.
Apakah kita bisa memprediksi hal ini sebelumnya? Kami tidak tahu apakah ada yang bisa. Kami sendiri tidak bisa. Dan karena tidak bisa, maka kami bermain aman. Yaitu tetap full porto dalam investasi. Alasannya sederhana. Ekonomi digerakkan oleh aktivitas manusia. Dan manusia cenderung akan bergerak maju, memang kadang mengalami kemunduran karena melakukan kesalahan. Terus kenapa, bukankah setelah melakukan kesalahan manusia belajar dan di masa depan, ketika masalah yang sama muncul, manusia telah punya pengalaman.
Istilahnya, kami bertaruh pada kemajuan manusia. Bayangkan satu negara yang berusaha maju. Ekonominya diwakili oleh pasar modal, di Indonesia adalah IHSG. Di dalam ekonomi, jelas ada perusahaan terbaik, biasa-biasa saja, dan perusahaan yang buruk. Keuntungan kita berinvestasi dengan rekening pribadi dibanding menggunakan reksadana atau unit link adalah kita punya kebebasan dalam memilih perusahaan yang ingin kita investasikan.
Kebebasan ini jelas harus dibarengi dengan ilmu dan mental yang tepat. Silakan baca artikel kami yang lain tentang 2 hal ini. Jika kita tidak punya ilmu dan mental, adalah lebih baik berinvestasi di reksadana saja.
Jika kita berinvestasi di IHSG, berarti jika negara maju, maka index saham juga maju. Dan dengan ilmu, kita mengumpulkan saham dari perusahaan terbaik. Coba bayangkan ada 1 Kelas yang terdiri dari anak pintar, sedang dan di bawah rata-rata. Jika kita ingin memajukan Kelas ini untuk ikut perlombaan, siapa yang kita kirim. Jelas kumpulan anak terbaik. Dan cara paling mudah adalah mengenali lebih dekat tiap anak dan membaca rapor mereka. Ini adalah ilmu statistik sederhana. Kita membuang yang jelek dan hanya memasukkan yang terbaik supaya rata-rata kita menjadi lebih baik. Dan kita tidak tiap 5 menit atau ketika salah 1 soal maka anaknya kita keluarkan untuk diganti yang lain kan?
Dan dalam berinvestasi, lawan utama kita adalah inflasi dan diri sendiri, bukan Warren Buffett atau tetangga kita yang start nya mungkin lebih bagus, karena terlahir dari keluarga kaya, atau punya pasangan yang makmur.
Jadi, dengan mengenali perusahaan dan membaca laporan keuangan, kita memperbesar peluang kita untuk menemukan perusahaan terbaik. Perusahaan terbaik yang akan tetap kita pegang selama kondisi nya memungkinkan.
Sekarang, jika sudah memegang perusahaan terbaik, apakah sekarang saat tepat untuk keluar? Karena market sedang lagi bagus untuk keluar, bukan untuk masuk. Apalagi di One Up dibahas, Tanda bursa akan koreksi adalah kenaikan suku bunga. Dan kenaikan suku bunga Amerika jelas tidak akan berakhir di 1%. Dari diskusi dengan teman, sampai tahun depan kemungkinan Fed Rate akan naik lagi mungkin ke 2-2.5%.
Jadi, apakah sekarang adalah saat tepat untuk keluar? Atau pas Fed rate di 2%, atau di 2.5%? Jujur saja, kami tidak tahu. Harapan investor adalah setelah beli, sahamnya naik, setelah jual sahamnya turun. Segala cara dilakukan untuk itu. Tapi 1 rahasia besar, bagi kami metode value investing adalah yang terbaik untuk menghadapi naik turunnya bursa.
Alasannya sederhana. Yang memakai nya adalah investor terbaik di dunia. Dan daftar forbes jelas tidak akan bohong. Bagi kami, jika kami Membuang metode ini dan mencoba cara yang belum pasti dan tidak ada bukti nyata keberhasilan, adalah seperti membuang berlian demi batu bata. Benar-benar tidak logis.
Kami menulis ini bukan berarti kita hidup di surga dan tidak ada masalah nantinya. Krisis pasti datang, waktunya yang tidak bisa dipastikan. Tidak ada kejadian pencetus krisis yang bisa diprediksi. 2000 siapa yang mengalami bubble dot com, 2008 siapa yang menyadari subprime mortgage, 2010 krisis Eropa, 2011 krisis Yunani, 2013 tappering, 2014 Fed rate, semua istilah yang sebelum krisis belum ada. Mungkin kita bisa mengambil contoh Michael Burry yang berhasil menebak Subrpime. Tapi apakah ini karena keahliannya atau karena fokusnya pada sektor ini? Apakah dia bisa mengulangi untuk krisis berikutnya? Dan jika benar dari keahliannya, atas dasar apa kita yakin kita punya kemampuan seperti dia. Menebak dari mana datangnya serangan krisis, benar-benar melelahkan.
Karena tidak bisa menebak krisis lah, maka kita ada kebebasan dalam bertindak. Kita tidak perlu mengantisipasi kejadian khusus di masa depan. Ibarat kita mengawasi rumah dari perampok, malah terjadi kebakaran karena konslet listrik dari begadang. Kita mengawasi kebakaran malah timbul banjir. Kita cukup tahu, kalau murah berarti kesempatan beli, kalau mahal berarti kesempatan jual.
Sekarang, IHSG murah atau mahal? Kita butuh ilmu untuk tahu itu, dan mental untuk meyakini itu terjadi. Apakah kita punya ilmu dan mentalnya? Silakan jawab masing-masing.(@saham-indonesia)
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Label
Analisa Saham
Labels:
Analisa Saham
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar