google-site-verification=zsLknblUv9MPpbGfVx9l3sfhCtAjcEQGFzXwTpBAmUo Info Pasar : Pajak Minyak Sawit Naik, 7 Januari 2017 Langsung ke konten utama

Info Pasar : Pajak Minyak Sawit Naik, 7 Januari 2017

Pajak Minyak Sawit Kembali Naik, Apa Pengaruhnya?

Jakarta - Pemerintah kembali menaikkan pajak (cukai) crude palm oil (CPO) alias minyak sawit mentah beberapa hari yang lalu. Kenaikan pajak ini tidak seperti kenaikan pajak pada umumnya, sebab ada hal penting terkait kenaikan pajak ini. Ada efek apa dibalik kenaikan pajak ekspor CPO ini?

Tapi sebelum itu, Sambil menyambut awal pekan hari ini, mari kita review kembali IHSG pada pekan kemarin.

IHSG pada pekan kemarin ditutup menguat 0,13% ke level 5,360.77. Penguatan IHSG pada pekan lalu, terjadi di saat pasar masih menunggu kebijakan internasional Presiden Amerika Donald Trump, khususnya terkait hubungan dagang Amerika dengan negara lain.

Penguatan IHSG ini didukung oleh lima sektor di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan penguatan terbesar terjadi pada sektor properti (+0,59%) dan infrastruktur (+0,11%).

Sementara itu, mengakhiri akhir pekan lalu, Indeks Dow Jones menguat 0,94% ke level 20.071,46. Kenaikan ini didorong oleh kenaikan saham bank di wall street, akibat Trump yang menandatangani perintah kepada jajaran pemerintah Amerika untuk menjalankan deregulasi perbankan.

Saya lihat, IHSG hari ini masih berpotensi menguat terbatas dengan range penguatan 5350-5450, sambil menunggu rilisnya data PDB Indonesia dari BPS.

Sejak 2014, Indonesia menghadapi cuaca panas kering akibat El Nino. Namun, kondisi cuaca berangsur berubah sejak pertengahan 2016 menjadi cenderung basah dan kini mengalami hujan deras.

Hal itu merupakan salah satu alasan di balik membaiknya produksi CPO. Namun, akibat kenaikan CPO ini, pemerintah pun juga akan ikut menaikkan pajaknya. Apa alasannya? Mari kita simak selengkapnya.

Perbaikan Harga CPO

Cuaca panas El Nino yang terjadi tahun lalu telah menyebabkan perbaikan harga terhadap CPO. Namun, seiringnya waktu, iklim tersebut pun berlalu dan digantikan dengan cuaca basah yang pas untuk masa penanaman sawit.

Peristiwa alam ini ternyata membawa berkah bagi harga CPO yang nyaman bertengger di atas 3.000 ringgit Malaysia per ton sejak pekan keempat November 2016. Harga CPO masih stabil di atas level 3.000 ringgit per ton sampai paruh pertama 2017 karena belum pulihnya produksi akibat cuaca hujan di Malaysia, Thailand, dan Indonesia.

Dalam kondisi curah hujan yang tinggi volume panen tidak akan sebesar saat cuaca normal, sehingga hal ini berdampak terhadap kenaikan harga CPO.

Terdongkraknya harga CPO juga disebabkan proyeksi pelemahan ringgit terhadap dolar AS. Sekitar 80% minyak kelapa sawit di Malaysia dijual ke pasar ekspor, sehingga pelemahan mata uang ringgit membuat harga menjadi lebih murah bagi pengguna mata uang lainnya.

Walaupun demikian, pasar masih dibayangi pertumbuhan suplai dalam jangka panjang setelah terganggunya produksi akibat kendala cuaca. Oleh karena itu, tren penguatan harga CPO akan terasa terutama pada kuartal I/2017.

Harga CPO Melesat

Pasca libur di perdagangan Rabu 1 Februari lalu, harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) berhasil mendulang kenaikan lebih dari 1% hingga pertengahan perdagangan pekan lalu ini.

Harga CPO kontrak pengiriman April 2017 di Malaysia Derivative Exchange melesat 1,39% ke level RM 3.071 per metrik ton dibanding hari sebelumnya.

Penguatan ini terjadi akibat, kebijakan dari negara Malaysia yang menaikkan larangan ekspor sawit sebesar 4,3% menjadi 1,16 juta ton dibanding bulan sebelumnya.

Selain itu, harga CPO juga mendapat angin segar akibat libur pada perdagangan CPO di Malaysia rabu kemarin, sehingga mengalami rebound teknikal. Hal ini dimanfaatkan oleh para pelaku kasar untuk melakukan bargain hunting untuk memanfaatkan harga demi mendulang keuntungan.

Kenaikan Pajak CPO

Pemerintah menetapkan untuk menaikkan Bea Keluar (BK) untuk CPO sebesar US$ 18 per metrik ton sejak Februari 2017 lalu. Keputusan ini berdampak cukup signifikan terhadap industri CPO di tanah air.

Penetapan BK ini mengikuti naiknya harga referensi produk CPO di pasar dunia dari US$ 788,26 per metrik ton menjadi US$ 800 per metrik ton. Jadi, alasan utama pemerintah menaikkan pajak ekspor CPO ini, akibat ikut naiknya harga CPO di pasar dunia.

BK CPO sebelumnya ditetapkan hanya sekitar US$ 3 per metrik ton, lalu menguat hingga US$ 18 akibat kenaikan referensi harga CPO sebesar US$ 800-850 per metrik ton. Kenaikan pajak ini memang ditetapkan secara progresif, mengikuti perkembangan kenaikan harga CPO di pasar dunia.

Bea keluar CPO nantinya berpengaruh pada harga TBS (Tandan Buah Segar) di tingkat petani. Jika semakin besar bea keluarnya, maka kemungkinan besar harga TBS pun akan ikut turun.

Dengan adanya kenaikan pajak ekspor tersebut, pemerintah berharap bisa menjaga performa kenaikan CPO untuk mengembangkan industri-industri CPO dalam negara, terutama menaikkan pendapatan ekspor di sektor CPO.

Hal ini tentunya akan berdampak positif terhadap saham-saham di sektor CPO, seperti BWPT dan GZCO. Kenaikan CPO yang diperkirakan akan terjadi hingga akhir kuartal 1 tahun ini, diharapkan akan mampu meningkatkan pendapatan serta harga saham-saham dalam perindustrian CPO Indonesia. (ang/ang)
https://finance.detik.com/market-research/d-3414533/pajak-minyak-sawit-kembali-naik-apa-pengaruhnya

Komentar

Saham Online di Facebook

Postingan populer dari blog ini

Money Flow Index | Penggunaan dan Setting Indikator MFI

Apa itu Money Flow Index (MFI)? Money Flow Index (MFI) adalah osilator teknis yang menggunakan harga dan volume untuk mengidentifikasi kondisi jenuh beli atau jenuh jual dalam aset. Hal ini juga dapat digunakan untuk melihat divergensi yang memperingatkan perubahan tren harga. Osilator bergerak antara 0 dan 100. Tidak seperti osilator konvensional seperti Relative Strength Index (RSI) , Money Flow Index menggabungkan data harga dan volume, sebagai lawan dari harga yang adil. Untuk alasan ini, beberapa analis menyebut MFI sebagai "the volume-weighted RSI". Money Flow Index pada Indonesia Composite Kunci dalam Memahami Indikator MFI Indikator biasanya dihitung menggunakan 14 periode data. Pembacaan MFI di atas 80 dianggap overbought dan pembacaan MFI di bawah 20 dianggap oversold. Overbought dan oversold tidak selalu berarti harga akan berbalik, hanya saja harga mendekati tinggi atau rendah dari kisaran harga terbaru. Pembuat indeks, Gene Quong dan Avru...

Cara Menggunakan Elliott Wave

Mengenal Elliott Wave Teori Elliott Wave dikembangkan oleh R.N. Elliott dan dipopulerkan oleh Robert Prechter . Teori ini menegaskan bahwa perilaku orang banyak surut dan mengalir dalam tren yang jelas. Berdasarkan pasang surut ini, Elliott mengidentifikasi struktur tertentu untuk pergerakan harga di pasar keuangan. Artikel ini adalah sebuah pengantar dasar untuk teori Elliott Wave. Suatu urutan dasar impuls 5-gelombang dan urutan korektif 3-gelombang dijelaskan. Saat teori Elliott Wave menjadi jauh lebih rumit daripada kombinasi 5-3 ini, artikel ini hanya akan fokus pada dasar-dasarnya. RN Elliott Derajat Gelombang dalam Elliott Wave elliott wave degree Konvensi pelabelan yang ditunjukkan di atas adalah yang ditunjukkan dalam buku Elliott Wave. Dalam Elliott-speak, konvensi pelabelan ini digunakan untuk mengidentifikasi tingkat atau tingkat gelombang, yang mewakili ukuran tren yang mendasarinya. Angka Romawi huruf besar mewakili gelombang derajat besar, angka sederha...

Rekomendasi Saham BBRI, GGRM, DRMA dan ACST oleh RHB Sekuritas Indonesia | 26 Oktober 2023

RHB Sekuritas Indonesia 26 Oktober 2023 Muhammad Wafi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) Bank Rakyat Indonesia terlihat kembali melakukan rebound disertai volume dan menguji resistance garis MA20 sekaligus resistance bearish channel-nya. Jika mampu breakout resistance garis MA20 maka akan mengkonfirmasi sinyal reversal dari fase bearish untuk menguji resistance garis MA50. Rekomendasi: Buy area disekitar Rp 5.125 dengan target jual di Rp 5.325 hingga Rp 5.575. Cut loss di Rp 5.000. PT Gudang Garam Tbk (GGRM) Gudang Garam terlihat melakukan rebound dan breakout resistance garis MA50 disertai volume dan menguji resistance garis MA20. Jika mampu breakout resistance garis MA20 maka akan mengkonfirmasi sinyal breakout menuju fase bullish dan menguji level tertingginya di bulan Oktober 2023. Rekomendasi: Buy area disekitar Rp 24.800 dengan target jual di Rp 25.375 hingga Rp 26.650. Cut loss di Rp 24.525. PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) Dharma Polimetal terlihat melakukan rebound d...