Kinerja emiten kimia di tahun 2016 banyak tertolong oleh penurunan harga bahan baku yang berkorelasi dengan tren penurunan harga minyak global. Selain itu, penurunan harga gas di Indonesia juga menguntungkan emiten sektor kimia yang sangat bergantung pada gas.
Analis NH Korindo sekuritas, Bima Setiaji mengatakan, sektor industri kimia tahun ini masih akan mengalami tren positif. Untuk meningkatkan margin yang lebih baik, pengembangan usaha petrokimia perlu melakukan diversifikasi produk. Sebab, dalam industri petrokimia adakalanya satu produk dengan produk lainnya memiliki perbedaan tingkat margin.
“Dengan portofolio produk yang terdiversifikasi, saya optimistis akan memperkuat performa emiten kimia pada masa yang akan datang,” ujar Bima kepada KONTAN, Senin (02/1).
Selain itu, emiten kimia juga harus membangun pabrik bahan baku di Indonesia. Sebab sebagian besar biaya produksi emiten kimia itu digunakan untuk membeli bahan baku. Sementara 90% bahan baku itu berasal dari impor.
Selanjutnya, untuk memacu kinerja keuangan, emiten kimia ini harus mengandalkan pasar dalam negeri dan mengurangi ekspor. Meskipun demikian, tahun 2017 tantangan cukup berat bagi beberapa emiten sebab persaingan akan semakin ketat dengan produk impor asal China.
Menurut Bima, emiten PT Aneka Gas Industri Tbk (AGII) diprediksi akan ciamik di tahun ini sebab akan melakukan ekspansi ke Indonesia Timur. “Bahan baku AGII yang berupa oksigen murni dan nitrogen, bukan merupakan gas alam melainkan udara bebas. Jadi menurut saya harga tak fluktuatif terpengaruh pasar internasional sehingga kinerjanya bakal lebih stabil,” paparnya.
Ada beberapa emiten yang bergelut di sektor kimia di antaranya: PT Barito Pacifik Tbk (BRPT), PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), PT Unggul Indah cahaya Tbk (UNIC), PT Sorini Agro Asia Corporindo (SOBI), PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk (DPNS), PT Ekadharma International Tbk (EKAD), PT Indo Acidatama Tbk (SRSN), PT Intanwijaya Internasional Tbk (INCI) dan Eterindo Wahanatama Tbk (ETWA).
Komentar
Posting Komentar