JAKARTA. Emiten pakan ternak dan poultry pada tahun ini masih menghadapi tantangan. Tapi, saham emiten pakan ternak masih menarik untuk dikoleksi. Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja emiten poultry adalah Permentan Nomor 61 Tahun 2016 tentang penyediaan, peredaran dan pengawasan ayam ras.
Aturan ini akan mengontrol produksi dan distribusi day old chicken (DOC) dan broilers.
Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri, mengatakan, beleid ini membuat harga DOC jadi lebih stabil. "Tahun lalu terjadi oversupply. Tapi tahun ini harga cenderung stabil," ujar Hans, Minggu (22/1).
Joni Wintarja, Analis NH Korindo Securities Indonesia, dalam riset 18 Januari 2017, mengungkapkan, aturan pemerintah ini akan menekan volatilitas harga jual. Selain itu, aturan ini juga mencegah terjadinya oversupply di pasar.
Mimi Halimin, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, mengatakan, pemerintah berupaya menjamin keseimbangan pasokan dan permintaan ayam di pasar. Tapi, DOC price capping akan membebani perusahaan pakan ternak, karena membatasi profit margin.
Faktor lain yang mempengaruhi prospek emiten pakan ternak adalah harga bahan baku dan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Yosua Zishoki, Analis MNC Securities, mengatakan, poultry tentu terpengaruh rencana larangan impor jagung.
"Ini akan berdampak pada kesulitan mendapat bahan baku," kata Yosua.
Yosua menambahkan, rencana pemerintah menentukan harga jual ayam juga memberi pengaruh. Tapi dengan ekonomi Indonesia yang masih tumbuh, prospek emiten poultry masih positif.
Menurut Hans, tahun ini, kurs rupiah akan cenderung lebih stabil meski ada rencana kenaikan Fed fund rate. "Pasar akan kembali beradaptasi dengan kebijakan ekonomi Trump. Tapi kami melihat nilai tukar rupiah akan terkendali," ujarnya.
Mimi justru melihat, kenaikan Fed fund rate tahun ini menjadi salah satu katalis yang membuat kurs dollar volatil, sehingga dapat menekan kinerja sektor poultry. "Pergerakan nilai tukar cukup penting bagi sektor ini," imbuh dia.
Mimi menurunkan rekomendasi overweight pada sektor poultry menjadi netral, dilatarbelakangi oleh ketidakpastian yang timbul dari intervensi pemerintah dalam harga DOC, volatilitas rupiah dan potensi tekanan dari daya beli yang melemah.
Joni menilai, salah satu emiten pakan ternak yang memiliki prospek positif tahun ini adalah PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA).
Menurut Joni, sebesar 44% pendapatan JPFA berasal dari bisnis pakan ternak. Bisnis ini memberi kontribusi 57% pada laba. Joni memperkirakan, pendapatan JPFA tahun ini bisa naik 12% dibandingkan tahun lalu menjadi Rp 31,06 triliun, dengan pertumbuhan laba 14% jadi Rp 2,6 triliun.
Joni merekomendasikan buy saham JPFA dengan target harga Rp 2.400 per saham. Hans lebih menjagokan saham PT Charoen Pokphand Indonesia (CPIN) yang punya pangsa pasar besar di dalam negeri.
Hans merekomendasikan buy saham CPIN dan JPFA dengan target harga masing-masing Rp 4.200 dan Rp 2.200 per saham. Yosua merekomendasikan beli CPIN dan JPFA dengan target harga masing-masing Rp 4.000 dan Rp 1.800 per saham.
"Keduanya punya pangsa pasar besar di Indonesia, dengan lini bisnis yang saling terintegrasi," terang Yosua.
http://investasi.kontan.co.id/news/emiten-poultry-masih-bertumbuh
Komentar
Posting Komentar