Berita Saham Hari Ini, 15 Agustus 2016
Perkembangan dari pasar saham domestik diantaranya sebagai berikut:
• Perkembangan dari pasar saham domestik menunjukkan IHSG pada Jumat (12/8) ditutup melemah -0,79% ke posisi 5.377,20 dari penutupan Jumat (5/8) pada level 5.420,25. Rata-rata nilai transaksi harian pada pekan lalu menunjukkan penurunan dibandingkan pekan sebelumnya, yakni menjadi Rp8,48 triliun dari Rp9,83 triliun. Sementara itu, investor asing masih mencatatkan net buying sebesar Rp5,02 triliun sepanjang pekan lalu. Secara akumulatif, investor asing telah membukukan net buying senilai Rp37,52 triliun sejak awal tahun. Rupiah berdasarkan kurs tengah BI menguat +0,04% ke level Rp13.120/USD dari posisi pekan sebelumnya, yakni Rp13.125/USD.
Beberapa informasi ekonomi penting selama sepekan kemarin antara lain:
- Cadangan devisa akhir Juli 2016 sebesar USD111,4 Miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan posisi akhir Juni 2016 sebesar USD109,8 miliar. Peningkatan tersebut, antara lain berasal dari penerimaan pajak dan devisa migas pemerintah serta hasil lelang Surat Berharga Bank Indonesia (SBBI) valas.
- Kemenkeu RI menerbitkan PMK Nomor 122 tahun 2016 terkait tata cara investasi di luar pasar keuangan dalam program pengampunan pajak. Dalam PMK tersebut diatur mekanisme investasi dana amnesti pajak di luar pasar keuangan melalui sektor riil, properti, hingga logam mulia.
- SRO bersama OJK mendirikan Layanan Terpadu Satu Atap (one stop service) amnesti pajak. Layanan Terpadu Satu Atap Amnesti Pajak yang ini akan memudahkan para wajib pajak dalam berkonsultasi seputar Amnesti Pajak, terutama pertanyaan seputar produk investasi pasar modal dengan gateway perusahaan efek, bank persepsi, Direktorat Jenderal Pajak, BEI, dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).
- Pemerintah berencana memangkas tarif PPh Badan menjadi 17%. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan rencana penurunan tarif PPh badan itu akan diajukan ke DPR bersamaan dengan revisi tiga paket UU perpajakan.
Pergerakan bursa saham global sepekan dipengaruhi beberapa sentimen antara lain:
• Amerika Serikat: Hasil penelitian S&P Global Ratings menunjukkan bahwa sebagian besar negara bagian di Amerika Serikat (AS) belum kebal menghadapi krisis. Ekonomi beberapa negara bagian AS berpotensi terguncang jika resesi ekonomi kembali melanda. Lemahnya daya tahan ini diperparah dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi AS setelah resesi hebat pada tahun 2008. Kondisi fiskal yang tidak stabil, perlambatan penerimaan pajak, dan peningkatan pengeluaran pemerintah untuk layanan sosial menjadi beberapa faktor yang menghambat ekonomi sejumlah negara bagian AS. Salah satu sinyal buruk tentang daya tahan negara bagian terlihat dari produk domestik bruto (PDB) yang rata-rata hanya meningkat 2,1% per tahun sejak 2009. Angka ini jauh di bawah rata-rata pertumbuhan sebelum resesi yakni tumbuh 3,79% di tahun 2004 dan 3,35% di 2005.
• China: Data ekspor China dilaporkan tetap lesu pada Juli 2016 akibat permintaan global yang stagnan pasca keputusan Inggris meninggalkan Uni Eropa. Di sisi lain, menurunnya kinerja impor meningkatkan kekhawatiran kembali melemahnya kondisi domestik di negara tersebut. Ekspor China dalam dolar AS pada bulan lalu drop 4,4% namun naik 2,9% secara YoY. Sementara kinerja impor dalam dolar AS turun 12,5% dan turun 5,7% dalam mata uang yuan. Pada Juli, ekspor China ke AS turun 2% dan melemah 3,2% ke Uni Eropa. Sementara impor dari Australia dan Korea Selatan masing-masing terjerembab 22% dan 12%. Kalangan analis memandang kinerja impor dan ekspor akan memburuk pada kuartal ketiga, mengingat China cenderung tidak akan mengubah pandangan kebijakan nya demi melemahkan yuan menjelang pertemuan G20.
• OPEC: Pada pertemuan pekan lalu, Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) belum juga mencapai kata sepakat mengenai pembatasan produksi minyak mereka. Banyak pihak yang memprediksi, pertemuan informal OPEC bulan depan pun tidak akan menghasilkan apa-apa. Pasalnya, produksi minyak sejumlah anggota OPEC, termasuk Iran, masih di bawah kapasitas. Sebagai informasi, sejumlah anggota OPEC berencana untuk menggelar perundingan di Algeria pada bulan depan. Menurut Mohammed Al Sada, presiden International Energy Forum, pada saat yang bersamaan, mereka akan mengadakan pertemuan untuk ajang International Energy Forum. Pada lain sisi, Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih, pada pekan lalu mengatakan bahwa Arab Saudi bisa mendiskusikan tindakan yang mungkin dilakukan untuk menstabilkan pasar dengan anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan produsen lain pada pertemuan bulan depan.
Komentar
Posting Komentar